Dua pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di wilayah Kota Banda Aceh terpaksa ditutup atau dihentikan untuk beraktivitas, akibat beberapa tenaga medisnya terkonfirmasi positif COVID-19.
Kepala Dinas Kesehatan Banda Aceh, Kamis, mengatakan dua fasilitas kesehatan yang ditutup akibat penularan COVID-19 tersebut yakni Puskesmas Ulee Kareng dan Puskesmas Jeulingke.
"Iya benar ditutup karena ada tenaga kesehatan yang positif (COVID-19, red), di Puskesmas Ulee Kareng dan Jeulingke," katanya, di Banda Aceh.
Penutupan dua pusat pelayanan kesehatan tingkat kecamatan itu mulai pada Rabu (5/8) kemarin. Langkah itu diambil pemerintah kota sebagai upaya memutuskan rantai penularan virus di tengah masyarakat.
Pihaknya juga telah melakukan uji sampel usap (swab) terhadap 52 orang yang dianggap kontak erat di dua Puskesmas setempat.
Kata dia, lumpuhnya aktivitas dua Puskesmas tersebut berlangsung hingga hasil uji sampel
usap dengan metode polymerase chain reaction (PCR) telah diketahui.
"Ditutup sampai ada hasil usap semua petugas kesehatan yang bertugas di Puskesmas tersebut, tapi semua yang ingin mendapatkan pelayanan bisa dilayani di semua Puskesmas di Banda Aceh," katanya.
Disamping itu, menurut Lukman, pemerintah kota terus mengingatkan kepada tenaga medis untuk lebih memproteksi diri saat bertugas. Proses penapisan atau skrining awal harus benar-benar dilakukan dengan baik.
"Jauh hari kita sudah menyurati semua Puskesmas, praktek kesehatan, klinik, agar petugas lebih proteksi diri dalam pelayanan kesehatan," ujarnya.
Secara kumulatif, warga terinfkesi COVID-19 di Banda Aceh mencapai 158 kasus, di antaranya 37 orang telah sembuh, empat orang sudah meninggal, dan selebihnya masih dalam penanganan medis.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
Kepala Dinas Kesehatan Banda Aceh, Kamis, mengatakan dua fasilitas kesehatan yang ditutup akibat penularan COVID-19 tersebut yakni Puskesmas Ulee Kareng dan Puskesmas Jeulingke.
"Iya benar ditutup karena ada tenaga kesehatan yang positif (COVID-19, red), di Puskesmas Ulee Kareng dan Jeulingke," katanya, di Banda Aceh.
Penutupan dua pusat pelayanan kesehatan tingkat kecamatan itu mulai pada Rabu (5/8) kemarin. Langkah itu diambil pemerintah kota sebagai upaya memutuskan rantai penularan virus di tengah masyarakat.
Pihaknya juga telah melakukan uji sampel usap (swab) terhadap 52 orang yang dianggap kontak erat di dua Puskesmas setempat.
Kata dia, lumpuhnya aktivitas dua Puskesmas tersebut berlangsung hingga hasil uji sampel
usap dengan metode polymerase chain reaction (PCR) telah diketahui.
"Ditutup sampai ada hasil usap semua petugas kesehatan yang bertugas di Puskesmas tersebut, tapi semua yang ingin mendapatkan pelayanan bisa dilayani di semua Puskesmas di Banda Aceh," katanya.
Disamping itu, menurut Lukman, pemerintah kota terus mengingatkan kepada tenaga medis untuk lebih memproteksi diri saat bertugas. Proses penapisan atau skrining awal harus benar-benar dilakukan dengan baik.
"Jauh hari kita sudah menyurati semua Puskesmas, praktek kesehatan, klinik, agar petugas lebih proteksi diri dalam pelayanan kesehatan," ujarnya.
Secara kumulatif, warga terinfkesi COVID-19 di Banda Aceh mencapai 158 kasus, di antaranya 37 orang telah sembuh, empat orang sudah meninggal, dan selebihnya masih dalam penanganan medis.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020