Sejumlah pegiat seni menggelar aksi teaktrikal dengan tajuk "ngebat kemerdekaan" untuk memperingati HUT ke-75 RI. Aksi digelar di depan Taman Makam Pahlawan Balai Buntar Kota Bengkulu dengan atribut isolasi membungkam tubuh para seniman tersebut.
"Aksi ini sebagai bentuk aksi kami memperingati kemerdekaan," kata Zuan Julian, Koordinator Aksi, Senin.
Zuan mengatakan, salah satu wujud kemerdekaan adalah bebas menyampaikan aspirasi, mengkritisi kinerja pemerintah yang saat ini tidak sepenuhnya berpihak kepada masyarakat.
Lewat pembacaan puisi, mereka mengulas pelemahan sistem ekonomi dengan dalih pandemi COVID-19, ekploitasi sumber daya alam dengan dalih potensi investasi, pemulusan omnibus law, sistem pembelajaran yang dijadikan ladang bisnis, dan elemahan Undang-Undang lain yang semestinya harus diperjuangkan.
"Dari lingkup nasional pemulusan RUU Omnibus Law sangat tidak sejalan dengan harapan rakyat. Selain itu pengungkapan kasus Munir yang sampai saat ini tidak selesai. Sementara itu pada lingkup Bengkulu eksploitasi lingkungan, mendirikan pembangkit listrk tenaga uap batu bara juga investasi pertambangan sudah seharusnya dievaluasi," kata Zuan.
Hal itu, katanya, justru tidak sejalan dengan cita-cita bangsa yang saat ini sudah merdeka selama 75 tahun.
"Ada PR yang masih harus diselesaikan pemerintah. Semoga sejalan dengan kemerdekaan ini Bengkulu cepat pulih. Merdeka tidak ada fidusia," kata Zuan.
Selain itu, Zuan mengungkapkan bahwa seluruh elemen bangsa harus kembali kepada cita-cita perjuangan pahlawan dalam mengusir penjajah.
Selain itu, apa yang saat ini dihadapi, pandemi adalah musuh bersama yang telah mendisdrupsi dan membawa dampak yang luar biasa bagi sendi-sendi kehidupan segenap anak bangsa, sendi ekonomi dan relasi sosial kemasyarakatan pada hampir 215 negara di seluruh dunia terdampak, termasuk Indonesia.
"Wabah ini memang banyak menghabiskan fokus perhatian pemerintah dan kita semua pada penanganannya. Begitu babak belurnya kita mengahadapi pandemi ini, melumpuhkan sektor-sektor kehidupan. Membuat semua orang mesti mampu beradaptasi dan memulihkan diri dari keterkejutan situasi saat ini. Namun yang perlu digarisbawahi adalah kenapa kita terlalu panik dan menjadikannya ladang bisnis," kata Zuan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
"Aksi ini sebagai bentuk aksi kami memperingati kemerdekaan," kata Zuan Julian, Koordinator Aksi, Senin.
Zuan mengatakan, salah satu wujud kemerdekaan adalah bebas menyampaikan aspirasi, mengkritisi kinerja pemerintah yang saat ini tidak sepenuhnya berpihak kepada masyarakat.
Lewat pembacaan puisi, mereka mengulas pelemahan sistem ekonomi dengan dalih pandemi COVID-19, ekploitasi sumber daya alam dengan dalih potensi investasi, pemulusan omnibus law, sistem pembelajaran yang dijadikan ladang bisnis, dan elemahan Undang-Undang lain yang semestinya harus diperjuangkan.
"Dari lingkup nasional pemulusan RUU Omnibus Law sangat tidak sejalan dengan harapan rakyat. Selain itu pengungkapan kasus Munir yang sampai saat ini tidak selesai. Sementara itu pada lingkup Bengkulu eksploitasi lingkungan, mendirikan pembangkit listrk tenaga uap batu bara juga investasi pertambangan sudah seharusnya dievaluasi," kata Zuan.
Hal itu, katanya, justru tidak sejalan dengan cita-cita bangsa yang saat ini sudah merdeka selama 75 tahun.
"Ada PR yang masih harus diselesaikan pemerintah. Semoga sejalan dengan kemerdekaan ini Bengkulu cepat pulih. Merdeka tidak ada fidusia," kata Zuan.
Selain itu, Zuan mengungkapkan bahwa seluruh elemen bangsa harus kembali kepada cita-cita perjuangan pahlawan dalam mengusir penjajah.
Selain itu, apa yang saat ini dihadapi, pandemi adalah musuh bersama yang telah mendisdrupsi dan membawa dampak yang luar biasa bagi sendi-sendi kehidupan segenap anak bangsa, sendi ekonomi dan relasi sosial kemasyarakatan pada hampir 215 negara di seluruh dunia terdampak, termasuk Indonesia.
"Wabah ini memang banyak menghabiskan fokus perhatian pemerintah dan kita semua pada penanganannya. Begitu babak belurnya kita mengahadapi pandemi ini, melumpuhkan sektor-sektor kehidupan. Membuat semua orang mesti mampu beradaptasi dan memulihkan diri dari keterkejutan situasi saat ini. Namun yang perlu digarisbawahi adalah kenapa kita terlalu panik dan menjadikannya ladang bisnis," kata Zuan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020