Kano, Nigeria (Antara Bengkulu) - Bentrokan sengit antara pasukan Nigeria dan militan menewaskan 187 orang dan mencederai 77 dan mengakibatkan kebakaran yang menghancurkan separuh kota, kata Palang Merah, Senin.

Bentrokan itu terjadi di kota terpencil wilayah timurlaut, Baga, dan merupakan peristiwa tunggal yang mungkin paling mematikan selama kekerasan Boko Haram, kelompok garis keras yang dituduh melancarkan puluhan serangan di Nigeria utara dan tengah sejak 2009.

Laporan simpang-siur beredar mengenai bentrokan yang meletus Jumat itu, namun penduduk dan pejabat mengatakan bahwa korban tewas mencakup prajurit, militan dan puluhan warga sipil.

"Sejauh ini 187 mayat telah dimakamkan, sementara 77 orang dirawat di rumah sakit," kata juru bicara Palang Merah Nwakpa O. Nwakpa kepada AFP.

Lebih dari 300 rumah di kota nelayan itu, yang terletak di kawasan pesisir Danau Chad, terbakar, tambahnya.

Seorang pejabat lain mengatakan, "40 persen kota itu dilalap api".

Baga terletak di negara bagian Borno, yang merupakan pangkalan Boko Haram, namun sebelumnya kota itu dikenal tidak menjadi ajang bentrokan sengit semacam itu.

Laporan-laporan awal mengisyaratkan bahwa bentrokan meletus ketika pasukan mengepung sebuah masjid yang digunakan sebagai tempat persembunyian militan.

Namun, seorang warga mengatakan kepada AFP, bentrokan terjadi ketika orang-orang Boko Haram berusaha memasuki tempat dimana penduduk setempat berkumpul untuk menyaksikan pertandingan sepak-bola.

Penduduk di tempat menonton itu kemudian berlarian, yang membuat militan melepaskan tembakan.

Pasukan di tempat berdekatan kemudian bentrok dengan militan, namun mereka mundur karena kelompok itu membawa senjata berat. Menurut sejumlah warga, militan membawa granat roket.

Pasukan kemudian kembali dengan membawa bala bantuan besar. Mereka "melepaskan tembakan dengan membabi buta dan membuat rumah-rumah terbakar. Mereka melepaskan tembakan ke arah siapa pun. Wanita, anak-anak, orang tua," kata warga itu, yang menuduh militer melakukan kekerasan semacam itu

Palang Merah telah meminta militer memberi mereka akses ke kota itu dan merawat korban, kata juru bicara tersebut kepada AFP.

"Izin belum diberikan," katanya.

Juru bicara militer Letnan Kolonel Sagir Musa membantah laporan-laporan sebelumnya bahwa hampir 200 orang tewas.

Tidak terpikirkan untuk mengatakan bahwa 185 orang tewas," kata Musa kepada AFP sebelumnya.

Kekerasan Boko Haram diperkirakan telah menewaskan 3.000 orang sejak 2009, termasuk pembunuhan oleh pasukan keamanan.

Kelompok itu menyatakan berperang untuk mendirikan sebuah negara Islam di Nigeria utara yang penduduknya mayoritas muslim.

Kekerasan meningkat di Nigeria sejak serangan-serangan menewaskan puluhan orang selama perayaan Natal 2011 yang diklaim oleh kelompok muslim garis keras Boko Haram.

Kano, kota berpenduduk sekitar 10 juta orang di Nigeria utara, merupakan wilayah yang terpukul paling parah dalam kekerasan itu.

Rangkaian pemboman dan penembakan melanda Kano setelah sholat Jumat pada 20 Januari 2012, menewaskan 185 orang, dalam serangan-serangan yang diklaim oleh Boko Haram yang ditujukan pada markas polisi dan kantor-kantor polisi lain, sebuah bangunan kepolisian dan kantor imigrasi.

Serangan-serangan itu merupakan operasi paling mematikan oleh kelompok tersebut dan ditujukan terutama pada kantor polisi.

Boko Haram mengklaim puluhan serangan di Nigeria, termasuk pemboman bunuh diri pada Agustus di markas PBB di Abuja yang menewaskan sedikitnya 24 orang.

Serangkaian serangan bom di kota Jos, Nigeria tengah, pada Malam Natal 2010 juga diklaim oleh Boko Haram.

Boko Haram meluncurkan aksi kekerasan pada 2009 yang ditumpas secara brutal oleh militer yang menewaskan sekitar 800 orang dan menghancurkan masjid serta markas mereka di kota Maiduguri, Nigeria timurlaut.

Kelompok itu tidak aktif selama sekitar satu tahun dan kemudian muncul lagi pada 2010 dengan serangkaian pembunuhan.

Penduduk Nigeria yang berjumlah lebih dari 160 juta orang terpecah di wilayah utara yang sebagian besar Muslim dan wilayah selatan yang umumnya Kristen.

Penerjemah: M. Suratmadi

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013