Tim penyelam dari Basarnas Jambi dibantu tim gabungan TNI dan Polri serta warga setempat masih terus melakukan pencarian terhadap seorang bocah  Iyang (7) warga Rajawali, Kecamatan Jambi Timur yang tenggelam saat bermain di pinggir Sungai Batanghari, Jambi tepatnya di Kelurahan Arab Melayu, Seberang Kota Jambi.

Kasi Operasi Basarnas Jambi, Kornelis di lokasi kejadian, Kamis mengatakan, sampai sore tadi tim selam Basarnas dan tim gabugan masih terus melakukan pencarian dan akan dihentikan sementara karena malam hari dan akan dilanjutkan besok karena operasi pencarian orang tenggelam atau hilang memiliki batas waktu selama tujuh hari.

Kasus tenggelamnya bocah tersebut saat korban Ian dan teman temannya berenang di Sungai Batanghari dan sekitar pukul 09.30 WIB, Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Jambi menerima informasi dari Rahmat warga Kelurahan Arab Melayu bahwa telah terjadi satu orang tenggelam di sungai tepatnya di Kelurahan Arab Melayu, Kecamatan Pelayangan, Kota Jambi, Provinsi Jambi.

Berdasarkan laporan yang diterima, korban Iyang yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 2 itu sedang bermain di Sungai Batanghari bersama dua temannya. Lalu korban terbawa arus sungai dan tenggelam.

Tim mengerahkan perahu karet, speedboat dan juga dibantu oleh perahu milik warga setempat untuk melakukan pencarian dan selain itu pencarian dilakukan ke bagian hilir aliran sungai untuk mengantisipasi korban terbawa arus. Untuk saat ini kedalaman air sekitar 7-8 meter dan kendala dalam pencarian ini karena arus yang deras dan air yang keruh, kata Kornelis.

Dalam membantu Tim Basarnas Jambi, Ketua RT 04 Arab Melayu, Said Jafar, gelar ritual menabur kembang atau sesajen untuk menemukan anak usia tujuh tahun, yang tenggelam pagi tadi dimana ritual tersebut ketua RT dibantu sama satu orang wanita, menabur sesajen, yang terdiri dari beras kunyit, kembang tujuh rupa, garam dan telur di kawasan sungai tempat korban tenggelam.

Sebelum turun dan menabur sesajen, Said Jafar, bersama seorang wanita, yang dikatakan sebagai orang yang dituakan di kawasan tersebut, terlebih dahulu memanjatkan doa dan sejumlah ritual lainnya.

"Ini sudah ritual atau kebiasaan kita, beberapa kejadian, ada korban yang berhasil kita temukan," kata Said.

Dengan tradisi tersebut, masyarakat meyakini, segala sesuatu yang berada di dalam sungai atau yang mereka sebut sebagai penghuni sungai tersebut, melepas dan memperlihatkan korban ke permukaan.

Pewarta: Nanang Mairiadi

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020