Musi Rawas (ANTARA Bengkulu) - Ratusan ternak sapi dan kerbau mati akibat penyakit ingusan di Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan, dalam lima tahun belakangan.

"Dalam lima tahun belakangan ini terdapat ratusan ekor ternak sapi terutama sapi bali dan kerbau yang mati akibat penyakit ingusan atau malignant catrrahal fever disingkat MCF. Penyakit ini disebarkan oleh virus yang ada di ternak jenis domba," kata Kepala Bidang Peternakan pada Dinas Perikanan dan Peternakan Musi Rawas, Suwarno, Jumat.

Untuk Kabupaten Musi Rawas, beberapa kecamatan yang rawan terkena serangan MCF antara lain Kecamatan Ulu Rawas, Kecamatan Rawas Ulu, dan Tugumulyo, katanya.

Penyakit ingusan atau MCF tersebut, kata dia, merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan fatal pada sapi dan kerbau. Gejala yang sangat menyolok adalah keluarnya ingus yang hebat dari hidung disertai demam yang tinggi, radang mukopurelen pada selaput epitel pernapasan maupun selaput mata dan encephalitis, di mana ternak yang terserang dari segala umur.

Penyakit ini disebabkan oleh virus ACV-1 atau herpes virus, kemudian virus SAA yang belum diketahui jelas klasifikasinya yang ditularkan oleh domba. Tidak heran jika di suatu kawasan terdapat usaha peternakan domba atau yang memelihara domba dan di sana juga ada peternakan sapi bali atau kerbau, maka di lokasi tersebut akan banyak sapi maupun kerbau yang mati akibat penyakit itu.

Tanda-tanda ternak sapi atau kerbau yang terserang penyakit ingusan, kata dia, antara lain hewan ternak terkena demam tinggi dengan suhu tubuh 40 derajat celsius atau lebih, kemudian keluar cairan dari hidung dan mata semula encer yang akhirnya menjadi kental dan mukopurulen.

Seterusnya terjadi peradangan mulut dan erosi permukaan lidah, sehingga air liur menetes, moncong kering dan pecah pecah terisi eksudat atau nanah, hidung tersumbat kerak sehingga kesulitan bernapas, kondisi badan menurun, lemah dan lama kelamaan menjadi kurus, kornea mata keruh dan keputihan, dalam keadaan yang serius dapat terjadi kebutaan.

Tanda lainnya ialah radang kulit dengan adanya penebalan dan pengelupasan kulit, kelenjar limfe luar tubuh membengkak, terjadi sembelit yang diikuti diare, gejala kelainan syaraf timbul akibat peradangan otak.

Selanjutnya otot-otot menjadi gemetar, berjalan sempoyongan, torticolis dan bersifat agresif, terjadi kelumpuhan sebelum mati. Biasanya ternak yang terserang penyakit ini memiliki rentang waktu bertahan hidup empat hingga 13 hari setelah timbul tanda-tanda penyakit.

Untuk mencegah penyebaran peyakit ingusan pihaknya sudah melayangkan surat kepada 21 kecamatan di daerah itu, agar warga yang memelihara sapi atau kerbau tidak berdekatan dengan lokasi peternakan domba.  

Sejauh ini usaha peternakan sapi dan kerbau dalam 21 kecamatan di daerah itu berkembang pesat, dengan jumlah rumah tangga peternak (RTP) sapi mencapai 17.332 KK dan RTP kerbau sebanyak 1.559 KK, dengan jumlah populasi ternak sapi mencapai 25.418 ekor dan ternak kerbau mencapai 5.454 ekor.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013