Beijing (Antara Bengkulu) - Kasus flu burung H7N9 di China hingga mencapai 127 kejadian, setelah satu orang dinyatakan positif terinfeksi virus tersebut pada Selasa.
Media lokal menyebutkan seorang pria berumur 58 tahun di Provinsi Fujian, dinyatakan positif terinfeksi virus H7N9 dan kini dalam kondisi serius.
Kasus H7N9 tersebut merupakan yang ketiga kali setelah virus itu terdeteksi kali pertama pada Maret 2013. Pada Senin (29/4) seorang pria di Shanghai yang positif terinfeksi H7N9, meninggal dunia setelah menjalani perawatan selama dua pekan.
Dengan begitu, jumlah kasus flu burung di China mencapai 127 dan 24 di antaranya meninggal dunia. Kasus terjadi di sepuluh provinsi di China dan satu kasus terjadi di Taiwan.
Organisasi Kesehatan Dunia menyebut virus tersebut "salah satu yang paling mematikan", dan mengatakan virus tersebut lebih mudah menular dibandingkan turunan sebelumnya yang telah menewaskan ratusan di seluruh dunia sejak tahun 2003.
Meski belum jelas cara penularan virus tersebut, pakar kesehatan WHO sejauh ini belum melihat bukti skenario terburuk penularan antar-manusia.
Sebuah tim beranggotakan pakar kesehatan internasional yang dipimpin WHO dan pemerintah China melakukan penelitian selama lima hari di China, namun tidak menemukan petunjuk penularan virus antar-manusia.
Asisten Dirjen WHO untuk keamanan kesehatan, Keiji Fukuda mengatakan, situasinya masih tetap rumit dan sulit serta terus berkembang.
"Kalau kita lihat virus-virus influenza, yang ini merupakan jenis yang sangat berbahaya untuk manusia," kata Fukuda seraya menambahkan jenis yang berbahaya lain adalah H5N1 yang membunuh 30 dari 45 korban terinfeksi di China antara 2003 hingga 2013.
Meskipun angka kematian akibat merebaknya virus H7N9 lebih rendah, ia mengatakan, "Sudah jelas ini adalah salah satu jenis paling mematikan yang pernah kita lihat sejauh ini.
Penerjemah: C. Hamdani
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
Media lokal menyebutkan seorang pria berumur 58 tahun di Provinsi Fujian, dinyatakan positif terinfeksi virus H7N9 dan kini dalam kondisi serius.
Kasus H7N9 tersebut merupakan yang ketiga kali setelah virus itu terdeteksi kali pertama pada Maret 2013. Pada Senin (29/4) seorang pria di Shanghai yang positif terinfeksi H7N9, meninggal dunia setelah menjalani perawatan selama dua pekan.
Dengan begitu, jumlah kasus flu burung di China mencapai 127 dan 24 di antaranya meninggal dunia. Kasus terjadi di sepuluh provinsi di China dan satu kasus terjadi di Taiwan.
Organisasi Kesehatan Dunia menyebut virus tersebut "salah satu yang paling mematikan", dan mengatakan virus tersebut lebih mudah menular dibandingkan turunan sebelumnya yang telah menewaskan ratusan di seluruh dunia sejak tahun 2003.
Meski belum jelas cara penularan virus tersebut, pakar kesehatan WHO sejauh ini belum melihat bukti skenario terburuk penularan antar-manusia.
Sebuah tim beranggotakan pakar kesehatan internasional yang dipimpin WHO dan pemerintah China melakukan penelitian selama lima hari di China, namun tidak menemukan petunjuk penularan virus antar-manusia.
Asisten Dirjen WHO untuk keamanan kesehatan, Keiji Fukuda mengatakan, situasinya masih tetap rumit dan sulit serta terus berkembang.
"Kalau kita lihat virus-virus influenza, yang ini merupakan jenis yang sangat berbahaya untuk manusia," kata Fukuda seraya menambahkan jenis yang berbahaya lain adalah H5N1 yang membunuh 30 dari 45 korban terinfeksi di China antara 2003 hingga 2013.
Meskipun angka kematian akibat merebaknya virus H7N9 lebih rendah, ia mengatakan, "Sudah jelas ini adalah salah satu jenis paling mematikan yang pernah kita lihat sejauh ini.
Penerjemah: C. Hamdani
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013