Bengkulu (Antara Bengkulu) - Ribuan pedagang di Pasar Subuh, Kota Bengkulu mendatangi Kantor Wali Kota setempat memprotes penutupan Jalan KZ Abidin yang selama ini tempat mereka berjualan.
"Kami tidak terima tempat kami berjualan ditutup, dan kami tidak ingin dipindahkan apa pun alasannya," kata salah seorang pedagang sayur yang biasa berjualan di Pasar Subuh, Hanafi, Senin.
Dia menyesalkan tindakan pemerintah menutup lokasi pasar subuh dan menjadikan tempat tersebut lokasi penampungan sementara material untuk membangun Pasar Minggu Square yang berada tepat di depan jalan yang biasanya dijadikan sebagai lokasi berdagang.
Unjuk rasa para pedagang berlangsung di depan gerbang Kantor Wali Kota Bengkulu sempat menutup arus lalu lintas jalan dari arah pusat kota, Jalan Suprapto menuju Simpang Skip, Tanah Patah.
Para pedagang yang berusaha menyampaikan tuntutan merasa kecewa karena mereka hanya diterima oleh Kasat Pol PP, sedangkan wali kota beserta jajarannya sedang tidak berada di kantor.
Karena merasa tidak puas dengan penerimaan, para pedagang memindahkan aksinya ke lokasi tempat mereka biasa berjualan di Pasar Subuh yang berada tidak jauh dari Kantor Wali Kota Bengkulu.
Pedagang meluapkan kekecewaannya dengan membongkar seng yang menutup lokasi serta membakarnya sedangkan material milik Pasar Minggu Square yang berada di lokasi diratakan para pedagang.
Kapolres Bengkulu AKBP H Joko Suprayitno SST MK mengimbau para pendemo saat menyampaikan tuntutan agar bersikap tertib dan tidak bertindak anarkisme.
"Silahkan berunjukrasa, tetapi semuanya harus terfasilitasi, yang unjuk rasa terfasilitasi dan yang mau berbelanja ke pasar pun terfasilitasi, jangan karena unjuk rasa ini orang yang mau berbelanja jadi tidak bisa lewat," kata dia.
Koordinator mahasiswa yang ikut mendukung para pedagang, Dino Andesta Marlanden, mengatakan bahwa pendampingan yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan bentuk gerakan moral yang memperjuangkan nasib rakyat.
"Secara logika seluruh pedagang menolak relokasi, kok pemerintah tetap `kekeuh` untuk tetap merelokasi, ini membuat tanda tanya besar, ada apa sebenarnya yang terjadi di sini, apa yang telah disiapkan untuk relokasi kalau memang mau direlokasi, itu yang membuat kita mendukung para pedagang untuk tetap di sini," kata dia.
Mengenai pedagang yang rencananya akan direlokasi ke Pasar Barukoto dia mengatakan tindakan relokasi tersebut merupakan relokasi yang tidak efektif karena pasar tersebut menurutnya sudah mati dari kegiatan jual beli.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Kami tidak terima tempat kami berjualan ditutup, dan kami tidak ingin dipindahkan apa pun alasannya," kata salah seorang pedagang sayur yang biasa berjualan di Pasar Subuh, Hanafi, Senin.
Dia menyesalkan tindakan pemerintah menutup lokasi pasar subuh dan menjadikan tempat tersebut lokasi penampungan sementara material untuk membangun Pasar Minggu Square yang berada tepat di depan jalan yang biasanya dijadikan sebagai lokasi berdagang.
Unjuk rasa para pedagang berlangsung di depan gerbang Kantor Wali Kota Bengkulu sempat menutup arus lalu lintas jalan dari arah pusat kota, Jalan Suprapto menuju Simpang Skip, Tanah Patah.
Para pedagang yang berusaha menyampaikan tuntutan merasa kecewa karena mereka hanya diterima oleh Kasat Pol PP, sedangkan wali kota beserta jajarannya sedang tidak berada di kantor.
Karena merasa tidak puas dengan penerimaan, para pedagang memindahkan aksinya ke lokasi tempat mereka biasa berjualan di Pasar Subuh yang berada tidak jauh dari Kantor Wali Kota Bengkulu.
Pedagang meluapkan kekecewaannya dengan membongkar seng yang menutup lokasi serta membakarnya sedangkan material milik Pasar Minggu Square yang berada di lokasi diratakan para pedagang.
Kapolres Bengkulu AKBP H Joko Suprayitno SST MK mengimbau para pendemo saat menyampaikan tuntutan agar bersikap tertib dan tidak bertindak anarkisme.
"Silahkan berunjukrasa, tetapi semuanya harus terfasilitasi, yang unjuk rasa terfasilitasi dan yang mau berbelanja ke pasar pun terfasilitasi, jangan karena unjuk rasa ini orang yang mau berbelanja jadi tidak bisa lewat," kata dia.
Koordinator mahasiswa yang ikut mendukung para pedagang, Dino Andesta Marlanden, mengatakan bahwa pendampingan yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan bentuk gerakan moral yang memperjuangkan nasib rakyat.
"Secara logika seluruh pedagang menolak relokasi, kok pemerintah tetap `kekeuh` untuk tetap merelokasi, ini membuat tanda tanya besar, ada apa sebenarnya yang terjadi di sini, apa yang telah disiapkan untuk relokasi kalau memang mau direlokasi, itu yang membuat kita mendukung para pedagang untuk tetap di sini," kata dia.
Mengenai pedagang yang rencananya akan direlokasi ke Pasar Barukoto dia mengatakan tindakan relokasi tersebut merupakan relokasi yang tidak efektif karena pasar tersebut menurutnya sudah mati dari kegiatan jual beli.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013