Riau, (Antara Bengkulu) - Kepala Bidang Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau Memen Suparman membantah bahwa ada dugaan gajah yang menyerang buruh perkebunan itu adalah gajah jinak binaan Pusat Konservasi Gajah setempat.

Gajah jinak binaan Pusat Konservasi Gajah Riau setiap hari selalu diikat dan diawasi oleh pawang dan tidak mungkin sampai menyerang buruh perkebunan setempat, kata Memen Suparman di Riau, Rabu.

"Gajah kami selalu diikat dengan rantai dan tidak pernah dilepas. Yang menyerang warga itu gajah dipastikan gajah liar," ujar Memen.

Ia mengatakan pihaknya juga sulit untuk memberi santuan karena asuransi untuk korban serangan satwa liar sudah tidak ada lagi. Program asuransi korban penyerangan satwa seperti gajah dan harimau berakhir pada tahun 2009.

Istri korban serangan gajah Ny Nurjenti Sidabutar mengatakan, bahwa suaminya Samuel Rudi Antoni Aritonang, terluka parah akibat diserang kawanan gajah.

Kawanan gajah Sumatera mengamuk di perkebunan kelapa sawit di daerah Minas Provinsi Riau mengakibatkan seorang buruh, Samuel Rudi Antoni Aritonang, terluka parah dan mengalami patah tulang.

"Gajah itu mengangkat suami saya pakai belalai, memijak dan menendangnya seperti bola. Sungguh sebuah mukjizat dia (Samuel) masih selamat," kata Nurjenti Sidabutar.

Ia menjelaskan, kejadian mengerikan itu terjadi pada Sabtu malam (18/5) di kebun sawit di Dusun Flamboyan Desa Kota Garo di daerah Minas Kabupaten Siak.

Samuel, 42 tahun, merupakan buruh sawit yang dipekerjakan menjaga kebun milik pemodal di daerah itu. Menurut Nurjenti, kebun yang mereka jaga tidak jauh lokasinya dari Pusat Konservasi Gajah Riau di Minas.

Sejak menjadi buruh sawit tahun 2005, lanjutnya, kawanan gajah Sumatera liar memang kerap melintas di daerah itu. Pada saat kejadian terlihat tiga gajah yang terdiri dari satu pejantan, induk betina dan anaknya.

Namun, ia mengatakan berdasarkan pengakuan suaminya, tiga gajah yang kali melintas perilakunya berbeda dari biasanya karena tidak bisa diusir. Satwa bongsor itu tidak takut dengan nyala api dan suara mercon yang biasa digunakan warga untuk mengusir gajah.

"Malam itu suami saya terlalu dekat dengan anak gajah ketika coba mengusir. Induknya jadi marah dan menyerang suami saya," katanya.

Akibat amuk gajah itu, membuat Samuel mengalami patah tulang rusuk, kedua lengan dan tulang bahu bagian kanan. Selain itu, ia juga mengalami gangguan pada paru-paru sehingga harus mendapat alat khusus untuk bernafas.

Samuel kini masih dirawat secara insentif di RS Santa Maria, Pekanbaru dan memerlukan operasi untuk kelanjutan hidupnya, tapi pihaknya tidak punya biaya, sedangkan gaji suaminya menjaga kebun sawit itu hanya Rp1,5 juta perbulan, bila ada tanaman rusak pasti dipecat majikan.

"Saya minta pertanggungjawaban dari pemerintah dan instansi kehutanan untuk membantu pengobatan suami saya, karena kami yakin itu gajah jinak bukan gajah liar," katanya.(Antara)

Pewarta:

Editor : Zulkifli Lubis


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013