Tanaman kopi bagi masyarakat Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu saat ini menjadi komoditas unggulan selain tanaman hortikultura lainnya, di mana tanaman ini tumbuh subur dalam 15 kecamatan di Bumi Pat Petulai julukan daerah itu.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kabupaten Rejang Lebong, Suherman di Rejang Lebong, Sabtu, mengatakan tanaman kopi di Rejang Lebong sudah ada sejak jaman kolonialisme Belanda pada tahun 1940-an hal ini bisa dilihat dengan adanya penemuan kebun kopi maupun tempat-tempat pengolahan kopi peninggalan bangsa penjajah itu.

"Tanaman kopi di Kabupaten Rejang Lebong saat ini masih mendominasi dibandingkan tanaman lainnya. Kopi merupakan komuditas unggulan Rejang Lebong dan kini tinggal bagaimana kita mengolahnya sehingga bisa bernilai jual lebih tinggi," kata dia.

Untuk mengolah biji-biji kopi ini menjadi komoditas bernilai tinggi, seorang petani atau pengusaha kopi harus memiliki kemampuan khusus dalam mengolah biji kopi sehingga cita rasa kopi yang dihasilkan akan membuat orang yang mengonsumsinya ketagihan dan kembali mencicipinya.

"Ini juga harus memadukan seni seperti kemampuan meroasting sehingga biji kopi yang dihasilkan bisa sempurna, kemudian bisa meraciknya dengan baik, karena ada orang yang peminum kopi yang sekali minum bisa banyak, beda dengan yang penikmat kopi, sedikit tapi dengan kopi berkualitas," terangnya.

Guna menciptakan petani kopi atau pelaku usaha perkopian di daerah itu yang memiliki kemampuan lebih dalam pengolahan biji kopi dirinya mendorong mereka untuk terus belajar dan mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan pengolahan kopi yang diselenggarakan pemerintah maupun penggiat kopi.

Pentingnya kemampuan dalam pengolahan kopi ini kata dia, selain akan menaikkan nilai jual biji kopi juga menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan bermunculannya kedai kopi modern, di mana budaya ngopi belakangan ini di Tanah Air sedang menjadi tren.

Saat ini harga jual biji kopi kering jenis robusta kualitas asalan di wilayah itu berkisar Rp17.000 hingga Rp20.000 per kg tergantung dengan kualitasnya, sedangkan untuk kopi petik merah dihargai pembeli hingga Rp40.000 per kg.

Produksi meningkat

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Rejang Lebong, Novrizal saat merillis buku Rejang Lebong Dalam Angka 2021 menyatakan, jika produksi biji kopi yang dihasilkan daerah itu sepanjang 2020 lalu mengalami peningkatan 809,68 ton.

Produksi biji kopi yang dihasilkan perkebunan rakyat di Rejang Lebong 2020 mencapai 18.604,69 ton, jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan 2019 sebanyak 17.795,01 ton.

Adapun sebaran produksi kopi daerah itu sepanjang 2020 lalu antara lain di Kecamatan Curup sebanyak 0,180 ton dengan luasan perkebunan kopi hanya seluas 0,25 hektare. Kecamatan Curup Utara sebanyak 864,07 ton dengan luasan kebun kopi 1.045 hektare, Kecamatan Curup Timur sebanyak 133,94 ton yang dipetik dari 268 hektare kebun kopi.

Selanjutnya di Kecamatan Curup Selatan sebanyak 308,58 ton dengan luasan kebun 538 hektare, Kecamatan Curup Tengah sebanyak 153,6 ton dengan luasan kebun 178 hektare. Kecamatan Sindang Kelingi sebanyak 2.018,68 ton dengan luasan kebun kopi 1.968 hektare.

Kemudian Kecamatan Sindang Dataran tercatat sebagai penghasil kopi terbanyak yang mencapai 3.868 ton yang dihasilkan dari kebun seluas 2.385 hektare. Kecamatan Kota Padang sebanyak 1.593, 52 ton dengan luasan kebun 2.388 hektare, Kecamatan Sindang Beliti Ilir sebanyak 1.276, 07 ton dengan luasan kebun 2.218,7 hektare.

Seterusnya di Kecamatan Bermani Ulu sebanyak 1.282,55 ton dengan luasan kebun 2.122 hektare, Bermani Ulu Raya sebanyak 2.129,15 ton dan luasan kebun 2.025 hektare. Kecamatan Padang Ulak Tanding sebanyak 1.091,39 ton dengan luasan kebun 2.330,9 hektare.

Produksi kopi di Kecamatan Binduriang sebanyak 1.125,72 ton dengan luasan kebun 1.925 hektare. Kecamatan Sindang Beliti Ulu sebanyak 918,31 ton yang dipetik dari kebun seluas1.345 hektare dan produksi kopi yang dihasilkan Kecamatan Selupu Rejang sebanyak 1.840,93 ton dengan luasan kebun 2.364,16 hektare.

Adanya peningkatan produksi biji kopi ini kata dia, karena terjadinya penambahan luasan kebun kopi rakyat dari sebelumnya seluas 23.100,5 hektare menjadi 23.104 hektare.


Kampung kopi

Di lain pihak, kalangan petani kopi yang ada di Desa IV Suku Menanti, Kecamatan Sindang Dataran yang menjadi wilayah penghasil kopi terbanyak meminta pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi untuk fokus mengembangkan usaha tanaman kopi yang menjadi produk andalan wilayah setempat.

Lismawan, Ketua Kelompok Setia Tani Dusun V Desa IV Suku Menanti, Kecamatan Sindang Dataran menuturkan jika desa mereka sejak beberapa tahun lalu telah dicanangkan sebagai kampung kopi dan menjadi salah satu lokasi wisata kebun kopi di Provinsi Bengkulu.

"Harapan kita pemerintah daerah baik kabupaten maupun provinsi bisa fokus dalam pengembangan program ini sesuai dengan target yang direncanakan sebelumnya, jangan setengah-setengah sehingga programnya bisa sukses," kata dia.

Dia menambahkan, Desa IV Suku Menanti berada di atas ketinggian 1.200 mdpl sehingga cocok untuk pengembangan tanaman kopi, di mana luasan kebun kopi yang ada di tempat ini lebih dari 1.000 hektare dengan jenis kopi terbanyak adalah robusta.

Produksi biji kopi yang dihasilkan petani di Desa IV Suku Menanti setiap kali musim panen tidak perhektarenya kata Cak Wan panggilannya kesehariannya, bisa mencapai 3 ton biji kopi kualitas asalan yang proses pemanenannya selama satu musim bisa dilakukan hingga empat kali.

Kopi yang dikembangkan oleh petani di Desa IV Suku Menanti itu sendiri merupakan kopi stek atau kopi sambung yang berasal dari beberapa klon diantaranya klon Sintaro 1, 2, 3, klon lanang dan lainnya.

Sementara itu, upaya pemasaran hasil perkebunan ini kata dia, sebagian mereka olah menjadi kopi bubuk yang dikemas menggunakan kemasan alumunium foil ukuran kecil yang dijual mulai Rp5.000 hingga kemasan ukuran 200 gram seharga Rp25.000.

Selain itu mereka juga menjual dalam bentuk biji kopi atau green been dengan tujuan Kota Bengkulu dan wilayah lainnya di Sumatera hingga Jawa dan ada juga yang hingga ke mancanegara.

Kearifan Lokal

Pakar perkopian Provinsi Bengkulu yang juga guru besar Pemuliaan Tanaman Universitas Bengkulu, Alnofri yang sebelumnya adalah Rektor Universitas Pat Petulai (UPP) Rejang Lebong dalam keterangannya menyebutkan jika potensi tanaman kopi di Kabupaten Rejang Lebong cukup besar dan tinggal melakukan terobosan-terobosan di hilir sehingga mengenalkan komoditas andalan daerah itu.

"Potensi kopi Rejang Lebong ini luar biasa, dan istilahnya tinggal kita lentingkan saja. Buktinya kawan-kawan yang bergerak di hilir dengan hanya melakukan sortasi (pemilahan komoditas) kita sudah bisa menasional," terangnya.

Potensi kopi Rejang Lebong yang lainnya kata dia, adalah tanaman kopi peninggalan bangsa Belanda, kemudian kearifan lokal, penerapan pola tanam "sedepo seseto" atau satu setengah hasta, tekhnologi "kapak gulai"dan satu lagi adalah penemuan minum kopi campur garam.

"Minum kopi campur garam ini merupakan penemuan baru, dan ternyata bagus untuk kesehatan," ujar dia.

Untuk mengembangkan potensi kopi yang ada di Rejang Lebong, dirinya saat menjadi rektor UPP telah membentuk prodi khusus guna mengembangkan tanaman kopi yakni Sains Perkopian.

Kalangan mahasiswa yang tergabung dalam jurusan Sains Perkopian UPP ini sudah menunjukkan beberapa prestasi dalam ajang pengolahan kopi tingkat nasional, dan diharapkan nantinya mereka ini akan menjadi ujung tombang pengembangan kopi Rejang Lebong.


Kopi Sambung

Perkembangan usaha perkebunan kopi di Kabupaten Rejang Lebong saat ini harus didukung oleh teknologi dan keterampilan petani kopi sehingga bisa meningkatkan produksi serta nilai jualnya, sebagai bentuk dukungan pemerintah pusat Kabupaten Rejang Lebong tahun ini rencananya akan mendapat bantuan program kopi sambung dengan luasan lahan sasaran lebih dari 200 hektare.

Kepala Distankan Rejang Lebong Suherman menjelaskan, program penyambungan kopi atau stek tersebut berasal dari pemerintah pusat yang rencananya akan diberikan kepada petani kopi tersebar dalam 14 dari 15 kecamatan di Rejang Lebong.

"Program kopi sambung yang akan diterima petani di Rejang Lebong ini luasannya mencapai 200-an hektare, memang kita harapkan di Rejang Lebong lebih banyak karena kita ketahui dominasi tanaman disini adalah kopi," kata dia.

Dia mengatakan, rencana program penyetekan kopi dengan varietas unggulan Provinsi Bengkulu yang berasal dari Kabupaten Rejang Lebong yakni Sintaro tersebut akan dilaksanakan di sejumlah kecamatan yang memiliki luasan areal perkebunan kopi terbanyak seperti di Kecamatan Sindang Dataran, Sindang Kelingi, Sindang Beliti Ulu dan Sindang Beliti Ilir, Kota Padang, Binduriang, Padang Ulak Tanding, Bermani Ulu Raya dan beberapa kecamatan lainnya.

Program kopi sambung itu sendiri kata dia, akan disalurkan pemerintah kepada petani yang sudah tergabung dalam kelompok tani, untuk itu mereka yang belum tergabung agar segera bergabung dalam kelompok tani sehingga bisa mendapatkan bantuan pemerintah.

"Saat ini program bantuan yang diberikan pemerintah hanya diberikan kepada petani yang tergabung dalam kelompok tani, untuk itu saya minta petani yang belum tergabung dalam kelompok tani agar membentuk kelompok atau bergabung dengan kelompok tani yang sudah ada," jelas dia.

Dia berharap, program kopi sambung yang dibiayai oleh Kementerian Pertanian ini bisa terlaksana dan tidak mengalami pergeseran anggaran sehingga nantinya bisa membantu petani dalam meningkatkan hasil produksi kopi di daerah itu.

Pewarta: Nur Muhamad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021