"Hasil produksi kelapa sawit diprakirakan meningkat akibat berakhirnya musim trek dan tingginya harga kopi menyebabkan kinerja lapangan usaha pertanian terakselerasi," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu Darjana di Bengkulu, Minggu.
Bahkan, lanjut dia, dua komoditas tersebut dapat menahan laju perlambatan pertumbuhan ekonomi Bengkulu yang terjadi pada triwulan III 2024.
"Sawit dan kopi mengakselerasi lapangan usaha pertanian sehingga menahan perlambatan PDRB yang lebih dalam pada triwulan III 2024," kata dia.
.
Bank Indonesia memprediksi ekonomi Provinsi Bengkulu triwulan III 2024 tumbuh melambat sebesar 4,28-4,88 persen (yoy).
"Hal ini dipengaruhi oleh perlambatan komponen konsumsi rumah tangga, ekspor dan PMTB (pembentukan modal tetap bruto). Dari sisi lapangan usaha, perlambatan dialami oleh lapangan perdagangan, serta transportasi dan pergudangan, industri pengolahan dan pertambangan," ucapnya.
Kondisi tersebut menurut dia disebabkan oleh normalisasi konsumsi dan mobilitas masyarakat pasca-momen hari besar keagamaan nasional (HBKN) Idul Fitri dan Idul Adha.
Untuk mengatasi kemungkinan pelambatan ekonomi, Bank Indonesia, pemerintah daerah bersama pihak terkait merealisasikan berbagai program yang mendorong roda perekonomian tetap stabil, bahkan harapannya dapat tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya.
Bank Indonesia bersama pemerintah daerah menggelar Bencoolen Fest pada Agustus 2024 ini, Festival UMKM, kuliner, hingga Festival Kopi Teh pada akhir Agustus 2024.
Kemudian, kata dia, pada September 2024, BI bersama pemerintah daerah menggelar Bencoolen Regional Investment and Economic Forum (BRIEF). Kegiatan tersebut menjadi forum pertemuan investor dengan pemerintah daerah di Provinsi Bengkulu untuk mencapai kesepakatan investasi.
Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Bengkulu pun juga terus menggelar pasar murah terintegrasi untuk menjaga konsumsi rumah tangga agar tetap stabil dan pergerakan ekonomi di pasar-pasar Bengkulu tetap tumbuh baik.