Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah memberikan empat catatan dalam rapat koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bengkulu salah satunya memastikan ketersediaan bahan pangan dari pemerintah cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama Ramadhan hingga Idul Fitri 1442 Hijriah.

TPID Provinsi Bengkulu yang terdiri dari Bank Indonesia, Satgas Pangan, Bulog, serta kepala daerah bupati dan wali kota juga diminta menyusun langkah pengendalian inflasi saat Ramadhan yang ditandai naiknya sejumlah harga bahan pokok.

"Catatan saya pertama memastikan stok bahan pangan dari pemerintah tersedia cukup untuk kebutuhan masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri nanti," kata Rohidin di Bengkulu, Rabu.

Kedua, memastikan agar seluruh distributor tidak melakukan penimbunan bahan pokok sehingga menimbulkan kelangkaan dan memicu kenaikan harga.

Ketiga, melalukan operasi pasar di setiap kabupaten dan kota dan terus melakukan pemantauan harga jual di pasar-pasar tradisional.

Keempat, meminta Bulog dan Bank Indonesia memastikan pembangunan toko tani Indonesia dan toko pangan lestari didirikan secara merata.

Gubernur Bengkulu juga menginstruksikan TPID dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk menjalankan program 4 K atau keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.

"Kita senantiasa harus mempererat koordinasi dan sinergi pada kegiatan pengendalian inflasi, khususnya dalam mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional atau PEN," paparnya.

Sementara itu, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu Joni Marsius mengatakan pandemi COVID-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Bengkulu terkontraksi pada tahun 2020 sebesar minus 0, 02 persen perbandingan pertahun (YoY).

Namun, kinerja pertumbuhan ekonomi Bengkulu sejak awal tahun 2021 diperkirakan lebih baik, kendati kondisi itu akan sangat tergantung dari efektivitas program vaksinasi COVID-19 yang sedang dilakukan pemerintah.

Joni menilai membaiknya pertumbuhan ekonomi akan mendorong adanya peningkatan level konsumsi masyarakat, yang pada akhirnya akan memberikan tekanan harga komoditas persisten inflasi.

Indikasi tersebut mulai tampak dari adanya peningkatan inflasi triwulan I 2021 sebesar 1,45 persen (YoY) yang meningkat dibandingkan dengan posisi pada triwulan IV 2020 sebesar 0,89 persen YOY.

"Hal tersebut perlu menjadi perhatian kita semua, jangan sampai pemulihan ekonomi yang sedang terjadi terganggu oleh adanya peningkatan tekanan inflasi," demikian Joni.

Pewarta: Carminanda

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021