Masyarakat di Indonesia mengenal banyak macam makanan bubur, dari bubur kacang hijau hingga bubur ayam.
Sementara itu bagi warga di Kuala Lumpur bulan Ramadhan terasa hambar tanpa dilewatkan dengan jenis bubur yang satu ini: bubur lambuk.
Makanan yang rasanya gurih dan kuat dengan rasa rempah tersebut terbuat dari beras dan beragam jenis rempah, kayu manis, kapulaga, jintan, jahe, merica, dan lada hitam yang merupakan bumbu utama.
Menurut sejarah, pembuatan bubur lambuk ini semula berasal dari Masjid Jamek Kampung Baru kemudian berkembang dilakukan masyarakat sekitar.
Bubur lambuk ini sebelumnya diberi nama Bubur Lambuk Agung Masjid Jamek Kampung Baru setelah diusulkan oleh mendiang Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah, Sultan Negara Bagian Selangor saat itu.
Kampung Baru sendiri merupakan ikon masyarakat Melayu di Kuala Lumpur yang hingga kini masih dipertahankan keasliannya dengan dikelilingi gedung-gedung pencakar langit lambang kapitalisme moderen.
Di kawasan ini, terdapat aneka kuliner mulai kuliner tradisional seperti nasi lemak dan cendol durian, juga kuliner internasional seperti Ayam Bakar Wong Solo dan Rumah Makan Padang Sederhana dari Indonesia serta Tom Yam Thailand.
Pada Ramadhan kali ini penjualan bubur lambuk banyak dijumpai di Jalan Raja Alang, Jalan Raja Abdullah dan di Jalan Raja Muda Musa.
Di Jalan Raja Alang yang berdekatan dengan apartemen Uda Legasi Kampung Baru, penjualan bubur tersebut bahkan dilakukan secara lantatur mulai siang hari.
Sejumlah pria terlihat menaruh adonan bubur ke dalam plastik dari sebuah periuk sebelum dijual ke konsumen.
Dibagi gratis
Takmir Masjid Kampung Baru Kuala Lumpur selama Ramadhan 1442 H ini membagikan bubur lambuk secara gratis kepada warga masyarakat sekitar usai sholat ashar.
Pembagian secara gratis sudah menjadi tradisi bertahun-tahun masjid tua itu, yang berlokasi bersebelahan dengan Rumah Sakit Pakar Al Islam di Jalan Raja Alang.
"Warga biasa antre mengambil usai ashar. Kami juga aktif membagikan ke pengendara kendaraan yang lewat," ujar Takmir atau Ahli Jawatan Kuasa Masjid Kampung Baru, Datuk Mansyur Usman.
Pengusaha asal Aceh itu terlihat ikut membagi-bagikan bungkusan bubur lambuk kepada pengendara lalu lintas yang melewati masjid dari arah Jalan Raja Abdullah.
Pengedaran tersebut biasanya dibantu pegawai-pegawai dari Dewan Bandaraya Kuala Lumpur (DBKL) atau Pemerintah Kota Kuala Lumpur.
Sebanyak 15 periuk atau panci besar --dengan masing-masing periuk berisi beras 15 kilogram-- digunakan untuk memasak bubur lambuk dengan kuantitas yang banyak untuk dibagikan kepada masyarakat.
Ketua Takmir Masjid Jamek Kampung Baru, Datuk Mohd Khay Ibrahim, mengatakan Majelis Keselamatan Negara (MKN) telah memberi izin untuk menyediakan, memasak dan mengedarkan bubur lambuk kepada masyarakat.
Masjid yang sering mendatangkan pendakwah Indonesia Ustad Abdul Shomad (UAS) tersebut saat ini hanya melakukan pembagian takjil karena Jabatan Agama Islam Wilayah Persekutuan (JAWI) masih tidak mengizinkan berbuka puasa dilakukan di masjid.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021
Sementara itu bagi warga di Kuala Lumpur bulan Ramadhan terasa hambar tanpa dilewatkan dengan jenis bubur yang satu ini: bubur lambuk.
Makanan yang rasanya gurih dan kuat dengan rasa rempah tersebut terbuat dari beras dan beragam jenis rempah, kayu manis, kapulaga, jintan, jahe, merica, dan lada hitam yang merupakan bumbu utama.
Menurut sejarah, pembuatan bubur lambuk ini semula berasal dari Masjid Jamek Kampung Baru kemudian berkembang dilakukan masyarakat sekitar.
Bubur lambuk ini sebelumnya diberi nama Bubur Lambuk Agung Masjid Jamek Kampung Baru setelah diusulkan oleh mendiang Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah, Sultan Negara Bagian Selangor saat itu.
Kampung Baru sendiri merupakan ikon masyarakat Melayu di Kuala Lumpur yang hingga kini masih dipertahankan keasliannya dengan dikelilingi gedung-gedung pencakar langit lambang kapitalisme moderen.
Di kawasan ini, terdapat aneka kuliner mulai kuliner tradisional seperti nasi lemak dan cendol durian, juga kuliner internasional seperti Ayam Bakar Wong Solo dan Rumah Makan Padang Sederhana dari Indonesia serta Tom Yam Thailand.
Pada Ramadhan kali ini penjualan bubur lambuk banyak dijumpai di Jalan Raja Alang, Jalan Raja Abdullah dan di Jalan Raja Muda Musa.
Di Jalan Raja Alang yang berdekatan dengan apartemen Uda Legasi Kampung Baru, penjualan bubur tersebut bahkan dilakukan secara lantatur mulai siang hari.
Sejumlah pria terlihat menaruh adonan bubur ke dalam plastik dari sebuah periuk sebelum dijual ke konsumen.
Dibagi gratis
Takmir Masjid Kampung Baru Kuala Lumpur selama Ramadhan 1442 H ini membagikan bubur lambuk secara gratis kepada warga masyarakat sekitar usai sholat ashar.
Pembagian secara gratis sudah menjadi tradisi bertahun-tahun masjid tua itu, yang berlokasi bersebelahan dengan Rumah Sakit Pakar Al Islam di Jalan Raja Alang.
"Warga biasa antre mengambil usai ashar. Kami juga aktif membagikan ke pengendara kendaraan yang lewat," ujar Takmir atau Ahli Jawatan Kuasa Masjid Kampung Baru, Datuk Mansyur Usman.
Pengusaha asal Aceh itu terlihat ikut membagi-bagikan bungkusan bubur lambuk kepada pengendara lalu lintas yang melewati masjid dari arah Jalan Raja Abdullah.
Pengedaran tersebut biasanya dibantu pegawai-pegawai dari Dewan Bandaraya Kuala Lumpur (DBKL) atau Pemerintah Kota Kuala Lumpur.
Sebanyak 15 periuk atau panci besar --dengan masing-masing periuk berisi beras 15 kilogram-- digunakan untuk memasak bubur lambuk dengan kuantitas yang banyak untuk dibagikan kepada masyarakat.
Ketua Takmir Masjid Jamek Kampung Baru, Datuk Mohd Khay Ibrahim, mengatakan Majelis Keselamatan Negara (MKN) telah memberi izin untuk menyediakan, memasak dan mengedarkan bubur lambuk kepada masyarakat.
Masjid yang sering mendatangkan pendakwah Indonesia Ustad Abdul Shomad (UAS) tersebut saat ini hanya melakukan pembagian takjil karena Jabatan Agama Islam Wilayah Persekutuan (JAWI) masih tidak mengizinkan berbuka puasa dilakukan di masjid.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021