Medan (Antara Bengkulu) - Populasi Harimau Sumatera semakin terancam akibat konsep pembangunan Pulau Sumatera yang tidak berorientasi kepada upaya pelestarian satwa liar dihabitatnya.

Koordinator Tiger Heart Sumatera Utara dan Aceh, Siska Handayani di Medan Selasa mengatakan Harimau Sumatera merupakan sub-spesies harimau terakhir yang tersisa di Indonesia, setelah Harimau Bali dan Harimau Jawa mengalami kepunahan.

Aktivitas pembukaan lahan hutan, yang tidak memperhatikan berbagai satwa yang hidup di dalamnya telah menimbulkan masalah yang mengancam kelestarian Harimau Sumatera.

Perdagangan ilegal dan meningkatnya konflik antara harimau dengan manusia akhir-akhir ini di beberapa tempat di Pulau Sumatera menambah keterancaman kelestarian harimau Sumatera di habitatnya.

"Hampir seluruh bagian tubuh harimau menjadi koleksi yang paling diincar di pasar gelap. Inilah mengapa perburuan terhadap hewan itu semakin tinggi," katanya.

Dari berbagai laporan, diketahui bahwa lebih dari 3.990 kilogram tulang harimau diekspor ke Korea Selatan sejak tahun 1970 sampai 1993, yang dijadikan bahan baku obat tradisional China.

Selain itu diperkirakan setidaknya 253 ekor Harimau Sumatera diambil dari habitatnya antara tahun 1983 hingga 2002 dan sebagian besarnya diambil secara ilegal.

Perburuan dan perdagangan ilegal ternyata tidak hanya mengancam keberlangsungan kehidupan dari segi ekosistem saja, namun juga dari sisi ekonomi.

Dirjen Perlindungan Hutan dan konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan menyatakan bahwa negara mengalami kerugian sekitar Rp9 triliun per tahun akibat perburuan dan perdagangan satwa liar ilegal.

"Ini sungguh angka yang sangat fantastis yang tentunya sangat memprihatinkan bagi kita semua," katanya.

Kepala Sub Direktorat Konservasi Spesies Kemenhut Agus SB Sutito mengakui adanya ancaman atas keberadaan harimau Sumatera atau Panthera Tigris Sumatrae. "Harimau Sumatera umumnya menghadapi dua jenis ancaman untuk bertahan hidup, mereka kehilangan habitat karena tingginya laju deforestasi. Selain itu juga terancam oleh perdagangan illegal di mana bagian-bagian tubuhnya diperjualbelikan dengan harga tinggi di pasar gelap untuk obat-obatan tradisional, perhiasan, jimat dan dekorasi," papar Agus di Jakarta, Senin (29/7). (Antara)

Pewarta: Oleh Juraidi

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013