Malang (ANTARA Bengkulu) - Mendengarkan musik dipercaya membawa manfaat cukup banyak bagi kesehatan, sehingga musik pun kadang dibuat sebagai terapi tersendiri dalam sebuah penyembuhan.
Prinsip demikian, tidak hanya berlaku dan dimonopoli manusia saja, melainkan ayam di daerah Desa Sumbersuko, Tlogowaru, Malang pun dilakukan aktivitas yang sama, dan bertujuan sebagai terapi kesehatan bagi ayam bersangkutan.
Boleh percaya atau tidak, hal ini sudah dilakukan sejak tiga tahunan lalu oleh ratusan peternak ayam pedaging di wilayah yang terletak di berbatasan antara Kota Malang dan Kabupaten Malang, Jatim, tersebut.
Bukan lantas si ayam berjoget bila diperdengarkan lagu-lagu yang "hot" atau dangdut, dan akan terlelap bila mendengar musik bernuansa mendayu atau "slow". Terapi musik ini agar si ayam pedaging tidak jadi kagetan, lantas klenger.
"Sejak menggunakan terapi musik, kami berhasil memanen ayam secara sempurna, dan dilakukan empat kali dalam setahun. Padahal, sebelum menggunakan terapi musik, sekitar 30 persen dari 1.000 ayam kami mati setiap kali panen," kata Ahmad Fauzi (29), salah satu peternak di wilayah itu.
Terapi musik untuk ayam ini sudah populer di kalangan peternak kawasan Kelurahan Tlogowaru, sehingga hal itu bukanlah dianggap aneh bagi masyarakat setempat, meski secara medis belum ada penelitian yang menyebutkan dampak kesehatan ayam ketika mendengarkan musik.
Fauzi menuturkan, kepercayaan terapi musik untuk ayam itu didapat dari peternak lainnya, hal ini dilatarbelakangi dari sifat ayam yang mempunyai jantung lemah, sehingga apabila ayam bersangkutan sering didengarkan musik, ayam itu tidak akan mudah jatuh sakit atau mati.
Fauzi mengaku, pernah suatu hari tepatnya di bulan puasa tidak menggunakan terapi musik bagi ayam, namun selang satu bulan, beberapa ayam miliknya mati akibat dentuman suara keras petasan milik warga, dan suara motor yang lalu-lalang di kawasan Sumbersuko.
"Terapi musik untuk ayam ini, adalah salah satu cara agar ayam bisa beradaptasi dengan suara-suara keras di sekitar kandang, sehingga tidak mudah kaget atau bahkan mati ketika mendengar dentuman suara keras," papar Fauzi yang mengaku menjadi peternak sejak setahun lalu.
Sementara dalam menggunakan terapi musik, Fauzi harus merelakan radio/tape miliknya diletakan di kandang ayam selama 24 jam, sehingga suara lagu yang keluar dari radio/tape itu terus menggema di kandang ayam miliknya yang berukuran sekitar 5x12 meter.
"Lokasi kandang ayam lumayan jauh dari kawasan rumah warga, namun dekat dengan jalan raya, sehingga musik yang keluar dari radio/tape tidak sampai menganggu penduduk, sebab saya menyalakan musik itu selama 24 jam," tuturnya.
Dalam mengantisipasinya, Fauzi mengaku selalu membersihkan kandang ayam secara total ketika panen, dan melakukan pemeriksaan selang atau pipa air minum ayam setiap hari, sehingga dengan adanya kebersihan kandang ayam, munculnya penyakit atau virus flu burung dapat dicegah.
"Terapi musik untuk ayam adalah salah satu upaya menguatkan daya tahan tubuh si ayam agar tidak mudah terkena penyakit. Namun untuk kasus flu burung, yang paling penting adalah terletak pada kebersihan kandang dan pemberian vaksin kepada ayam," tukasnya.
Meski demikian, Fauzi yang memiliki ayam piaraan sebanyak 1.500 ekor itu tetap mengkhawatirkan serangan virus mematikan dan membahayakan manusia tersebut.
Untuk itu, pihaknya berharap agar Dinas Kesehatan dan Peternakan Kota Malang memberikan jaminan ketenangan dan pencegahan apabila virus itu menyerang ayam di wilayahnya.
Sebelumnya, serangan virus flu burung menyerang beberapa unggas milik peternak di Kelurahan Tamanan, Kecamatan Bugulkidul, Kota Pasuruan beberapa waktu lalu.
Staf Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Kota Pasuruan, drh Huda Dwi Novanto menjelaskan, sejumlah unggas milik warga yang mati mendadak itu diketahui positif terserang flu burung.
Ia menjelaskan, sebanyak 18 ekor ayam piaraan warga RT2/RW3 mendadak mati. Ayam-ayam yang mati itu oleh pemiliknya kemudian dikubur. Namun, dua di antaranya dibawa Dinas Peternakan Kota Pasuruan untuk diteliti ke Laboratorium Peternakan di Malang.
Sedangkan dalam pencegahannya, Pemkot Malang melalui Dinas Kesehatannya (Dinkes) memberlakukan zonasiasi pasar Tradisional di wilayah setempat.
"Tujuannya adalah pencegahan penyebaran virus flu burung dari Pasuruan ke pasar tradisional di Malang, meski sampai saat ini belum ada temuan kasus itu di Malang," kata Kepala Dinkes Kota Malang, Enny Sekarengganingati.
Selain itu, Dinkes juga akan melakukan lokalisir para peternak dan pedagang unggas di sejumlah pasar tradisional, sehingga tidak bercampur dengan para pedagang yang lain, hal ini agar kalau terjadi sesuatu, bisa langsung diisolir dan mudah ditangani.
Enny meminta, agar para pedagang di pasar tradisional mengubah perilaku kotor menjadi bersih, oleh karena itu, pihaknya akan menyediakan wastafel dan poliklinik untuk membersihkan diri.(L.KR-MSW*C004/Z002)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
Prinsip demikian, tidak hanya berlaku dan dimonopoli manusia saja, melainkan ayam di daerah Desa Sumbersuko, Tlogowaru, Malang pun dilakukan aktivitas yang sama, dan bertujuan sebagai terapi kesehatan bagi ayam bersangkutan.
Boleh percaya atau tidak, hal ini sudah dilakukan sejak tiga tahunan lalu oleh ratusan peternak ayam pedaging di wilayah yang terletak di berbatasan antara Kota Malang dan Kabupaten Malang, Jatim, tersebut.
Bukan lantas si ayam berjoget bila diperdengarkan lagu-lagu yang "hot" atau dangdut, dan akan terlelap bila mendengar musik bernuansa mendayu atau "slow". Terapi musik ini agar si ayam pedaging tidak jadi kagetan, lantas klenger.
"Sejak menggunakan terapi musik, kami berhasil memanen ayam secara sempurna, dan dilakukan empat kali dalam setahun. Padahal, sebelum menggunakan terapi musik, sekitar 30 persen dari 1.000 ayam kami mati setiap kali panen," kata Ahmad Fauzi (29), salah satu peternak di wilayah itu.
Terapi musik untuk ayam ini sudah populer di kalangan peternak kawasan Kelurahan Tlogowaru, sehingga hal itu bukanlah dianggap aneh bagi masyarakat setempat, meski secara medis belum ada penelitian yang menyebutkan dampak kesehatan ayam ketika mendengarkan musik.
Fauzi menuturkan, kepercayaan terapi musik untuk ayam itu didapat dari peternak lainnya, hal ini dilatarbelakangi dari sifat ayam yang mempunyai jantung lemah, sehingga apabila ayam bersangkutan sering didengarkan musik, ayam itu tidak akan mudah jatuh sakit atau mati.
Fauzi mengaku, pernah suatu hari tepatnya di bulan puasa tidak menggunakan terapi musik bagi ayam, namun selang satu bulan, beberapa ayam miliknya mati akibat dentuman suara keras petasan milik warga, dan suara motor yang lalu-lalang di kawasan Sumbersuko.
"Terapi musik untuk ayam ini, adalah salah satu cara agar ayam bisa beradaptasi dengan suara-suara keras di sekitar kandang, sehingga tidak mudah kaget atau bahkan mati ketika mendengar dentuman suara keras," papar Fauzi yang mengaku menjadi peternak sejak setahun lalu.
Sementara dalam menggunakan terapi musik, Fauzi harus merelakan radio/tape miliknya diletakan di kandang ayam selama 24 jam, sehingga suara lagu yang keluar dari radio/tape itu terus menggema di kandang ayam miliknya yang berukuran sekitar 5x12 meter.
"Lokasi kandang ayam lumayan jauh dari kawasan rumah warga, namun dekat dengan jalan raya, sehingga musik yang keluar dari radio/tape tidak sampai menganggu penduduk, sebab saya menyalakan musik itu selama 24 jam," tuturnya.
Flu burung
Ketika ditanya mengenai kaitan terapi musik untuk ayam dalam pencegahan terjadinya virus flu burung, Fauzi membantah, sebab virus itu terjadi karena kurangnya kebersihan kandang ayam, sehingga mudah terkena penyakit.Dalam mengantisipasinya, Fauzi mengaku selalu membersihkan kandang ayam secara total ketika panen, dan melakukan pemeriksaan selang atau pipa air minum ayam setiap hari, sehingga dengan adanya kebersihan kandang ayam, munculnya penyakit atau virus flu burung dapat dicegah.
"Terapi musik untuk ayam adalah salah satu upaya menguatkan daya tahan tubuh si ayam agar tidak mudah terkena penyakit. Namun untuk kasus flu burung, yang paling penting adalah terletak pada kebersihan kandang dan pemberian vaksin kepada ayam," tukasnya.
Meski demikian, Fauzi yang memiliki ayam piaraan sebanyak 1.500 ekor itu tetap mengkhawatirkan serangan virus mematikan dan membahayakan manusia tersebut.
Untuk itu, pihaknya berharap agar Dinas Kesehatan dan Peternakan Kota Malang memberikan jaminan ketenangan dan pencegahan apabila virus itu menyerang ayam di wilayahnya.
Sebelumnya, serangan virus flu burung menyerang beberapa unggas milik peternak di Kelurahan Tamanan, Kecamatan Bugulkidul, Kota Pasuruan beberapa waktu lalu.
Staf Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Kota Pasuruan, drh Huda Dwi Novanto menjelaskan, sejumlah unggas milik warga yang mati mendadak itu diketahui positif terserang flu burung.
Ia menjelaskan, sebanyak 18 ekor ayam piaraan warga RT2/RW3 mendadak mati. Ayam-ayam yang mati itu oleh pemiliknya kemudian dikubur. Namun, dua di antaranya dibawa Dinas Peternakan Kota Pasuruan untuk diteliti ke Laboratorium Peternakan di Malang.
Sedangkan dalam pencegahannya, Pemkot Malang melalui Dinas Kesehatannya (Dinkes) memberlakukan zonasiasi pasar Tradisional di wilayah setempat.
"Tujuannya adalah pencegahan penyebaran virus flu burung dari Pasuruan ke pasar tradisional di Malang, meski sampai saat ini belum ada temuan kasus itu di Malang," kata Kepala Dinkes Kota Malang, Enny Sekarengganingati.
Selain itu, Dinkes juga akan melakukan lokalisir para peternak dan pedagang unggas di sejumlah pasar tradisional, sehingga tidak bercampur dengan para pedagang yang lain, hal ini agar kalau terjadi sesuatu, bisa langsung diisolir dan mudah ditangani.
Enny meminta, agar para pedagang di pasar tradisional mengubah perilaku kotor menjadi bersih, oleh karena itu, pihaknya akan menyediakan wastafel dan poliklinik untuk membersihkan diri.(L.KR-MSW*C004/Z002)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012