Sambas, Kalbar (Antara) - Sebagian besar umat Muslim yang merayakan Lebaran tahun 2013 di pantai utara, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, menyajikan lontong sayur dan kue lapis khas daerah itu bagi tamu yang berkunjung.
Elydia (33) salah seorang warga Desa Pipitteja, Kecamatan Teluk Keramat, Kamis, menyatakan, selalu menghidangkan lontong sayur dan kue lapis khas Sambas bagi setiap tamu yang berkunjung baik kerabat dan tetangga.
Dua macam hidangan itu, sudah menjadi tradisi sejak turun temurun hingga kini, katanya.
"Setiap tamu terutama keluarga saat berkunjung selalu mencari menu lontong sayur, setelah itu baru kami menghidangkan kue lapis," ungkapnya.
Sebagian besar masyarakat Sambas, khususnya lebaran pertama selalu menghidangkan menu lontong sayur untuk keluarga terdekat selain kue lapis khas itu, yang sudah dikenal sejak zaman kerajaan Sambas terdahulu. Konon kue lapis khas itu dihidangkan oleh pihak keluarga kerajaan kepada tamu yang dihormati.
Lontong sayur khas Sambas, yakni perpaduan berbagai jenis sayur, kacang panjang, wortel, kentang, kol, mie "sanggol" yang hanya di Sambas, kemudian "serondeng" yang dibuat dari kelapa dicampur udang kecil, kemudian rempah kacang.
Sementara itu, untuk pembuatan kue lapis khas Sambas cukup sederhana, yakni telur bebek atau ayam ras sebanyak50 butir, mentega, gula, susu, pengembang kue, pewarna secukupnya, kemudian campur lalu di kocok hingga mengembangkan.
Kemudian, adonan tersebut dimasukkan kedalam cetakan sedikit demi sedikit kedalam cetakan, setelah itu dimasukkan dalam open pembakar menggunakan kayu.
Setelah matang, langkah selanjutnya membakar lapis perlapis hingga adonan itu habis.
Ia menambahkan, kue lapis khas Sambas dibakar dengan kayu agar rasa kue gurih dan nikmat dan sedikit "maser" di lidah. "Sementara kue sekarang agak kering dan tidak 'maser' serta bikin nek kalau terlalu banyak dimakan," ujar Elydia.
Adapun berbagai jenis kue lapis khas Sambas, diantaranya, lapis susu, belacan, kacang, minyak, dan lapis agar.
Sementara itu, Pengamat Budaya Sambas, A Muin Ikram(69) menyatakan, tradisi menghidangkan kue lapis khas Sambas tersebut perlu dilestarikan, karena bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi orang luar untuk berkunjung ke daerah itu.
"Apalagi rasa kekeluargaan dan kunjung-mengunjungi antartetangga dan kerabat masih kental sehingga perlu dilestarikan," katanya.
Menurut dia, tradisi menghidangkan lontong sayur dan kue lapis khas itu mulai ditinggalkan oleh generasi sekarang dengan menampilkan berbagai kue kering yang dulu tidak dikenal oleh masyarakat setempat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
Elydia (33) salah seorang warga Desa Pipitteja, Kecamatan Teluk Keramat, Kamis, menyatakan, selalu menghidangkan lontong sayur dan kue lapis khas Sambas bagi setiap tamu yang berkunjung baik kerabat dan tetangga.
Dua macam hidangan itu, sudah menjadi tradisi sejak turun temurun hingga kini, katanya.
"Setiap tamu terutama keluarga saat berkunjung selalu mencari menu lontong sayur, setelah itu baru kami menghidangkan kue lapis," ungkapnya.
Sebagian besar masyarakat Sambas, khususnya lebaran pertama selalu menghidangkan menu lontong sayur untuk keluarga terdekat selain kue lapis khas itu, yang sudah dikenal sejak zaman kerajaan Sambas terdahulu. Konon kue lapis khas itu dihidangkan oleh pihak keluarga kerajaan kepada tamu yang dihormati.
Lontong sayur khas Sambas, yakni perpaduan berbagai jenis sayur, kacang panjang, wortel, kentang, kol, mie "sanggol" yang hanya di Sambas, kemudian "serondeng" yang dibuat dari kelapa dicampur udang kecil, kemudian rempah kacang.
Sementara itu, untuk pembuatan kue lapis khas Sambas cukup sederhana, yakni telur bebek atau ayam ras sebanyak50 butir, mentega, gula, susu, pengembang kue, pewarna secukupnya, kemudian campur lalu di kocok hingga mengembangkan.
Kemudian, adonan tersebut dimasukkan kedalam cetakan sedikit demi sedikit kedalam cetakan, setelah itu dimasukkan dalam open pembakar menggunakan kayu.
Setelah matang, langkah selanjutnya membakar lapis perlapis hingga adonan itu habis.
Ia menambahkan, kue lapis khas Sambas dibakar dengan kayu agar rasa kue gurih dan nikmat dan sedikit "maser" di lidah. "Sementara kue sekarang agak kering dan tidak 'maser' serta bikin nek kalau terlalu banyak dimakan," ujar Elydia.
Adapun berbagai jenis kue lapis khas Sambas, diantaranya, lapis susu, belacan, kacang, minyak, dan lapis agar.
Sementara itu, Pengamat Budaya Sambas, A Muin Ikram(69) menyatakan, tradisi menghidangkan kue lapis khas Sambas tersebut perlu dilestarikan, karena bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi orang luar untuk berkunjung ke daerah itu.
"Apalagi rasa kekeluargaan dan kunjung-mengunjungi antartetangga dan kerabat masih kental sehingga perlu dilestarikan," katanya.
Menurut dia, tradisi menghidangkan lontong sayur dan kue lapis khas itu mulai ditinggalkan oleh generasi sekarang dengan menampilkan berbagai kue kering yang dulu tidak dikenal oleh masyarakat setempat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013