Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan Niken Ulupi mengulas secara ilmiah tentang konten ada telur dalam telur yang belakangan viral di aplikasi Tiktok.
"Telur di dalam telur bisa terjadi. Secara keilmuan, kejadian ini dinamakan double yolk," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Menurut Niken kejadian ini merupakan ketidaknormalan proses pembentukan sebutir telur karena ada dua ovum atau sel telur yang terovulasi secara bersamaan atau hampir bersamaan.
Niken menjelaskan bahwa secara normal hanya satu ovum terovulasi. Ovum tersebut kemudian diproses di dalam saluran reproduksi unggas atau oviduct yang terdiri atas beberapa bagian.
"Selanjutnya ovum yang terovulasi ini mendapat tambahan putih telur kental atau albumen (di dalam magnum), mendapat tambahan cairan garam-garam mineral dan selaput telur (di dalam isthmus) serta mendapat tambahan cangkang di dalam shell gland/uterus. Maka terbentuklah sebutir telur utuh, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh induk unggas," ujarnya.
Rangkaian seluruh proses pembentukan sebutir telur tersebut, kata Niken, dimulai dari ovum diovulasikan sampai terbentuk telur utuh dan dikeluarkan dari tubuh unggas berlangsung dalam waktu 24 hingga 25 jam.
Setelah telur dikeluarkan dari tubuh induk, sekitar 15-40 menit kemudian, terjadi ovulasi ovum berikutnya.
“Yang menyebabkan proses pembentukan telur tidak normal sehingga terjadi kasus double yolk yang merupakan faktor genetik dan faktor manajemen yang membuat unggas petelur panik dan stres, sehingga gerakan peristaltik saluran reproduksinya tidak normal,” kata dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan ini.
Ia menuturkan kasus double yolk ini bermacam-macam, ada kondisi dua ovum terovulasi secara bersamaan sehingga menyebabkan di dalam satu butir telur ditemukan dua kuning telur yang posisinya persis berdempetan.
Selain itu, ada dua ovum yang terovulasi pada waktu yang hampir bersamaan, kejadian ini bisa ditemukan dalam satu butir telur yang posisi kedua kuning telurnya tidak berdempetan, melainkan sudah ada batas putih telur.
"Bisa jadi posisi kedua kuning tersebut selain dibatasi putih telur juga sudah ada batas selaput telur bahkan cangkang telur, meskipun belum terlalu tebal dan keras," katanya.
“Telur double yolk ini aman dikonsumsi selama dihasilkan oleh induk unggas yang sehat dan disimpan dalam tempat bersih sehingga meminimalkan telur tersebut terpapar mikroba patogen serta dimasak secara matang. Semua unggas, ayam misalnya, berpeluang menghasilkan telur double yolk. Frekuensinya yang berbeda, tergantung faktor genetik dan manajemen pemeliharaannya," katanya menambahkan.
Meskipun aman dikonsumsi, Profesor Niken menekankan agar kejadian double yolk ini harus diminimalkan terutama pada unggas pembibit, karena telur tersebut tidak bisa ditetaskan.
Oleh sebab itu dalam proses penetasan ada seleksi telur tetas, salah satunya adalah seleksi bobot telur mencapai 55 hingga 65 gram per butir. Karena pada bobot di atas 65 gram per butir dikhawatirkan telur tersebut double yolk.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021
"Telur di dalam telur bisa terjadi. Secara keilmuan, kejadian ini dinamakan double yolk," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Menurut Niken kejadian ini merupakan ketidaknormalan proses pembentukan sebutir telur karena ada dua ovum atau sel telur yang terovulasi secara bersamaan atau hampir bersamaan.
Niken menjelaskan bahwa secara normal hanya satu ovum terovulasi. Ovum tersebut kemudian diproses di dalam saluran reproduksi unggas atau oviduct yang terdiri atas beberapa bagian.
"Selanjutnya ovum yang terovulasi ini mendapat tambahan putih telur kental atau albumen (di dalam magnum), mendapat tambahan cairan garam-garam mineral dan selaput telur (di dalam isthmus) serta mendapat tambahan cangkang di dalam shell gland/uterus. Maka terbentuklah sebutir telur utuh, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh induk unggas," ujarnya.
Rangkaian seluruh proses pembentukan sebutir telur tersebut, kata Niken, dimulai dari ovum diovulasikan sampai terbentuk telur utuh dan dikeluarkan dari tubuh unggas berlangsung dalam waktu 24 hingga 25 jam.
Setelah telur dikeluarkan dari tubuh induk, sekitar 15-40 menit kemudian, terjadi ovulasi ovum berikutnya.
“Yang menyebabkan proses pembentukan telur tidak normal sehingga terjadi kasus double yolk yang merupakan faktor genetik dan faktor manajemen yang membuat unggas petelur panik dan stres, sehingga gerakan peristaltik saluran reproduksinya tidak normal,” kata dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan ini.
Ia menuturkan kasus double yolk ini bermacam-macam, ada kondisi dua ovum terovulasi secara bersamaan sehingga menyebabkan di dalam satu butir telur ditemukan dua kuning telur yang posisinya persis berdempetan.
Selain itu, ada dua ovum yang terovulasi pada waktu yang hampir bersamaan, kejadian ini bisa ditemukan dalam satu butir telur yang posisi kedua kuning telurnya tidak berdempetan, melainkan sudah ada batas putih telur.
"Bisa jadi posisi kedua kuning tersebut selain dibatasi putih telur juga sudah ada batas selaput telur bahkan cangkang telur, meskipun belum terlalu tebal dan keras," katanya.
“Telur double yolk ini aman dikonsumsi selama dihasilkan oleh induk unggas yang sehat dan disimpan dalam tempat bersih sehingga meminimalkan telur tersebut terpapar mikroba patogen serta dimasak secara matang. Semua unggas, ayam misalnya, berpeluang menghasilkan telur double yolk. Frekuensinya yang berbeda, tergantung faktor genetik dan manajemen pemeliharaannya," katanya menambahkan.
Meskipun aman dikonsumsi, Profesor Niken menekankan agar kejadian double yolk ini harus diminimalkan terutama pada unggas pembibit, karena telur tersebut tidak bisa ditetaskan.
Oleh sebab itu dalam proses penetasan ada seleksi telur tetas, salah satunya adalah seleksi bobot telur mencapai 55 hingga 65 gram per butir. Karena pada bobot di atas 65 gram per butir dikhawatirkan telur tersebut double yolk.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021