Jakarta (ANTARA) - Tim Riset Inovatif Produktif (Rispro) IPB University merancang pemetaan rantai nilai komoditas cassava (singkong) dari hulu hingga hilir agar berdaya saing dan berkelanjutan.
Perancangan pemetaan itu dibahas dalam Focus Group Discussion (FGD) bersama peneliti IPB University beberapa waktu lalu bersama puluhan warga di Balai Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor.
Wakil Kepala Bidang Inovasi dan Alih Teknologi, Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST) IPB University, Dr Tri Prartono dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin mengatakan bahwa FGD itu bertujuan untuk membuat pemetaan rantai nilai komoditas cassava dari hulu hingga hilir di Bogor serta pemetaan pohon industri cassava.
Untuk itu, peserta yang hadir pun diminta untuk mengisi kuesioner untuk melengkapi data dalam rangka pemetaan rantai nilai komoditas cassava (singkong) dari hulu hingga hilir.
"Penelusuran mata rantai ini dapat menjadi awal titik terang pembuatan role model agrobisnis cassava yang berkelanjutan," ujar dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan itu.
Ia mengemukakan, berkelanjutan yang dimaksud adalah program ini bisa diwariskan ke masyarakat yang nantinya akan melanjutkan agrobisnis cassava pada tahun-tahun berikutnya.
Ia menyampaikan, metode tanam yang diaplikasikan oleh peneliti IPB University adalah Metode IPB Prima.
Ia menambahkan, metode ini diyakini bisa memangkas waktu panen singkong yang biasanya delapan bulan menjadi hanya enam bulan.
Ia memaparkan, pembangunan kebun singkong pada tahun 2021 adalah seluas 10 hektar dan pada tahun 2022 adalah seluas 40 hektar.
"IPB University memprediksikan, petani akan mengalami panen raya perdana pada bulan September 2021," katanya.
Menurut petani, pengolah dan pedagang singkong yang hadir dalam FGD itu permasalahan terberat yang dihadapi selama pandemi adalah pemasaran singkong.
Untuk itu, disampaikan, petani berharap IPB University dapat membantu menaikkan harga jual singkong yang baru dipanen ataupun singkong olahan. Salah satunya dengan melakukan pelatihan pengolahan dan pengemasan bagi masyarakat.
Pembangunan pabrik pengolahan singkong di sekitar Desa Singasari juga diharapkan masyarakat.
Hal ini agar masyarakat tidak perlu khawatir singkong yang mereka tanam tidak terjual, selain untuk menciptakan stabilitas harga.
Dalam acara itu juga dihadiri oleh Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Ir Heriyanto Soba, Sekretaris Desa Singasari, perwakilan tim peneliti Rispro IPB University, 25 petani, pengolah dan pedagang singkong di desa Singasari.
IPB rancang pemetaan rantai nilai komoditas singkong
Senin, 5 Juli 2021 11:33 WIB 718