Dinas Pertanian dan Perikanan (Distanak) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu menyatakan produksi gula aren yang dihasilkan perajin di daerah itu per tahunnya mencapai 5.442 ton.

Kepala Bidang Perkebunan Distanak Rejang Lebong M Yusup di Rejang Lebong, Senin, mengatakan tanaman aren merupakan komoditas unggulan daerah itu, setelah tanaman kopi dan sayuran.

"Produksi gula aren yang dihasilkan perajin di Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2020 lalu mencapai 5.442 ton, jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2019 sebanyak 5.349 ton," kata dia.

Dia menjelaskan, produksi gula aren yang dihasilkan daerah tersebut berasal dari perkebunan rakyat yang luasnya mencapai 2.280 Ha, tersebar dalam 14 dari 15 kecamatan di Rejang Lebong.

Dari 14 kecamatan ini, areal perkebunan aren terluas berada dalam Kecamatan Sindang Kelingi yakni seluas 984,5 hektare, kemudian di Kecamatan Selupu Rejang seluas 592 hektare serta di Kecamatan Sindang Dataran seluas 375 Ha.

Sedangkan untuk kecamatan yang paling sedikit berada di Kecamatan Curup Utara seluas 13,75 hektare, kemudian di Curup Timur seluas 19,9 hektare dan dalam wilayah Kecamatan Kota Padang seluas 22,9 hektare.

Sementara itu, Kepala Desa Air Meles Atas Kecamatan Selupu Rejang, Syamsul Bahrun ditemui di tempat terpisah mengatakan di wilayah yang dipimpinnya itu terdapat 600 hektare lebih kebun aren dengan jumlah perajin mencapai 480 orang, di mana mereka ini tergabung dalam KUD Ngudi Rukun dengan produksi gula yang dihasilkan setiap harinya mencapai 6 ton.

"Mayoritas warga Desa Air Meles Atas merupakan perajin gula aren, jumlahnya mencapai 480 orang. Gula aren yang dihasilkan ini kemudian dijual kepada pengepul yang selanjutnya dikirim ke pedagang di Kota Bengkulu, Palembang dan daerah-daerah lainnya di Sumsel hingga ke Jambi," jelas dia.

Selama ini perajin gula aren setempat kata dia, sangat bergantung dengan pengepul atau toke gula yang ada di desa mereka. Kebanyakan perajin gula aren ini telah meminjam uang atau pun mengambil bahan kebutuhan pokok dari para pengepul guna memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan membayarnya dengan gula aren yang dihasilkan setiap hari.

"Mereka yang sudah meminjam uang dari para toke ini kemudian membayarnya dengan gula yang dihasilkan setiap harinya, dengan harga sesuai yang berlaku di desa hari itu. Bagi yang tidak meminjam uang bisa menjualnya ke pasar atau pedagang pengepul lainnya," kata Syamsul Bahrun.***1***

Pewarta: Nur Muhamad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021