Palembang (Antara) - Harga karet kualitas ekspor kadar kering 90 persen di Sumatera Selatan, Sabtu, tercatat Rp21.872 per kilogram atau turun dari harga sebelumnya sebesar Rp22.033 per kg.

Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Selatan Awie Aman di Palembang, Sabtu, mengatakan bahwa harga bahan olah karet (bokar) kualitas ekspor kadar kering 90 persen dalam dua pekan terakhir berangsur naik, namun hari ini kembali turun disesuaikan dengan pasaran di luar negeri.

Menurut dia, turunnya harga bokar tersebut antara lain menyesuaikan dengan pasaran di luar negeri, karena sebagian besar hasil karet Sumsel diekspor.

Berdasarkan data yang dihimpun Gapkindo Sumsel, dalam dua pekan terakhir harga karet memang belum stabil dari naik kemudian turun lagi, dan seterusnya tergantung perkembangan harga di luar negeri.

Berdasarkan data, harga karet kadar kering 90 persen pada 1 Agustus 2013 di kisaran Rp20.234 per kilogram, sehari kemudian naik menjadi Rp20.400, dan 13 Agustus tercatat naik menjadi Rp21.801, serta 14 Agustus naik hingga Rp22.033 per kg, terakhir 16 Agustus turun lagi hingga Rp21.872 per kg.

"Jadi kondisi harga karet kualitas ekspor sekarang ini walaupun mulai ada perubahan berangsur membaik, namun masih kerap berubah menjadi turun," katanya.

Sementara, di tingkat pasar lelang di daerah penghasil juga ikut menyesuaikan seperti lelang karet di Desa Regan Agung Kecamatan Banyuasin III,  Kamis 15 Agustus 2013 harga bokar di UPPB HAMAS umur 1 minggu Rp9.500 per kg.

Melalui lelang KUD Serasan Jaya Kelurahan Gelumbang Kabupaten Muara Enim di hari yang sama justru sedikit lebih tinggi mencapai Rp11.889 per kg.

Mengenai kondisi ekspor, Kepala Badan Pusat Statistik Sumsel Baehdi Ruswana, secara terpisah sebelumnya mengatakan bahwa walaupun akhir-akhir ini harga karet cenderung turun, komoditas tersebut masih tetap menjadi penyumbang devisa terbesar ekspor nonmigas Sumatera Selatan.

Ia mengatakan secara keseluruhan ekspor nonmigas Sumsel periode Januari-Mei 2013 mencapai total devisa 1,48 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Karet menjadi penyumbang terbesar mencapai 1,21 miliar dolar AS, disusul minyak sawit mentah dan produk turunannya 92,29 juta dolar, serta peringkat tiga batu bara 67,28 juta dolar.

Namun, dari total nilai ekspor nonmigas Sumsel periode Januari-Mei 2013 itu, turun dibandingkan periode bulan sama tahun sebelumnya mencapai nilai 1,61 miliar dolar AS.

Menurut Baehdi, turunnya nilai ekspor nonmigas Sumsel periode Januari-Mei 2013 itu, antara lain disebabkan ada beberapa komoditas mengalami penurunan termasuk karet dari 1,31 miliar dolar AS menjadi hanya 1,21 miliar dolar, CPO dan produk turunannya dari 134,8 juta dolar menjadi hanya 92,29 juta dolar.

Dari sejumlah komoditas ekspor nonmigas Sumsel periode Januari-Mei 2013 yang total menghasilkan devisa 1,48 miliar dolar AS, terdapat tujuh komoditas menjadi penyumbang devisa andalan antara lain karet, CPO, batu bara, produk kayu, udang, dan kopi.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013