Bengkulu (Antara Bengkulu) - Komunitas Konservasi Mangrove Bengkulu menyerukan pentingnya penyelamatan ekosistem hutan mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Pantai Panjang, Kota Bengkulu, Kamis.

"Karena ekosistem mangrove atau bakau taman wisata alam Pantai Panjang ini menjadi satu-satunya habitat bakau yang tersisa dan bisa diselamatkan," kata Koordinator Komunitas Konservasi Mangrove (KKM) Bengkulu, Riki Rahmansyah di Bengkulu, Kamis.

Ia mengatakan kawasan mangrove Bengkulu, termsuk di TWA Pantai Panjang sudah beralih fungsi menjadi kebun sawit, pertambakan dan aktivitas manusia lainnya.

Hutan mangrove di TWA Pantai Panjang kata dia memiliki keunikan tersendiri selain fungsinya yang strategis menjadi sabuk hijau atau "green belt".

Kawasan wisata alam yang berada di bawah pemangkuan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu itu terus menyusut akibat aktivitas ilegal.

"Pemantauan kami, aktivitas ilegal ini tidak ada ditindak oleh pihak berwenang," ujarnya.

Padahal, posisi kawasan itu yang berada di tengah kota sangat strategis sebagai kawasan wisata mangrove dan ekosistemnya.

Rahmansyah mengatakan di kawasan TWA Pantai Panjang terdapat beberapa jenis mangrove atau bakau yang tumbuh antara lain jenis Pidada atau Sonneratia caseolaris, Brugeria sexanota, Rhizopora apiculata, Avicenia, gemuju dan lainnya.

"Paling dominan di wilayah muara sungai Jenggalu ini jenis pidada atau Sonneratia caseolaris," ujarnya.

Untuk menyelamatkan ekosistem mangrove yang tersisa itu, Komunitas Mangrove akan melakukan penanaman kembali di sejumlah titik.

Plot penanaman kata dia sudah ditentukan dengan luas lebih 5 hektare yang terbagi dalam 29 blok.

"Kami mengundang sejumlah relawan untuk menanam mangrove di blok yang sudah ditetapkan," katanya.

Saat ini kata dia, blok tersebut berupa padang ilalang. Sebelumnya kawasan itu merupakan habitat mangrove yang lebat, namun saat kemarau terbakar.

Sebelumnya anggota komunitas ini juga menanam kembali pohon mangrove di dua muara anak sungai.

Sebanyak 300 batang bibit bakau ditanam di muara anak Sungai Pondokbesi dan muara anak Sungai Tapakpaderi Kota Bengkulu, Kota Bengkulu.

Ia mengatakan saat ini kondisi muara anak sungai itu menjadi saluran pembuangan limbah rumah tangga.

Limbah rumah tangga, kata dia, menjadi gangguan utama untuk merestorasi kawasan itu.

Ada dua jenis mangrove yang dirilis di dua muara anak sungai itu yakni jenis Rhizophora apiculata dan Brugueira Sp. (Antara)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013