Musisi sekaligus dokter, dr Teuku Adifitrian, Sp.BP-RE yang akrab disapa Tompi mengajak masyarakat bijak saat melakukan vaksinasi COVID-19 dengan menggunakan jenis vaksin sesuai ketersediaan di lokasi terdekat.

“Kalau saya pribadi, sih, enggak milih-milih. Apa yang ada, saya ambil saja dulu. Jadi enggak milih harus Pfizer, Sinovac, AstraZeneca, atau Moderna. Karena yang penting sekarang tervaksin terlebih dahulu,” kata Tompi saat dihubungi ANTARA pada Selasa.

Belakangan, masyarakat banyak memburu vaksin Pfizer karena dianggap lebih baik dibandingkan dengan vaksin lainnya. Vaksin buatan Amerika Serikat ini telah tiba di Indonesia sebanyak 1.560.780 juta dosis pada Kamis (20/8).

Berdasarkan laman covid19.go.id, tingkat efikasi vaksin Pfizer pada usia di atas 16 tahun mencapai 95,5 persen dan pada usia 12-15 tahun sebesar 100 persen.

Padahal, menurut Tompi, nilai efikasi suatu jenis vaksin dapat berubah-ubah bergantung situasi dan kondisi. Oleh sebab itu, seharusnya masyarakat tidak perlu meributkan dan berebut vaksin Pfizer hanya karena nilai efikasinya disebut lebih tinggi daripada jenis vaksin lain.

“Perkara efikasinya, ada yang 98 persen, 96 persen, 60 sampai 70 persen. Kalau kita amati, angka itu juga kan terus berubah-ubah,” ujar Tompi

“Kita lihat misalnya data-data yang diluncurkan beberapa waktu terakhir tentang bagaimana efikasi Sinovac terhadap virus COVID-19 ini, yang tadinya enggak tinggi-tinggi amat, sekitar 60 persen kalau tidak salah, ternyata dia terbukti efektif dan untuk varian-varian tertentu,” lanjutnya.

Ia juga mengingatkan bahwa COVID-19 merupakan penyakit baru sehingga masih terus dilakukan penelitian jangka panjang yang cukup kompleks. Maka untuk saat ini, akan lebih bijak jika masyarakat mendapatkan vaksin sesuai ketersediaan.

Saat ini terdapat enam jenis vaksin yang digunakan di Indonesia untuk melawan virus COVID-19, yaitu Coronavac, Sinovac, AstraZeneca, Moderna, Pfizer, dan vaksin produksi Bio Farma dengan bahan baku dari Sinovac.

Tompi mengatakan jumlah ketersediaan vaksin saat ini terbatas sementara populasi penduduk Indonesia sangat banyak sehingga tidak bijak jika masyarakat menunda penyuntikan vaksin hanya karena ingin memilih merek tertentu.

“Misalnya, di dekat rumah Anda kebagiannya Sinovac tapi ingin memilih Pfizer sehingga menunda suntik. Atau, misalnya, Anda tinggal di Jakarta Selatan, lalu lari ke Kelapa Gading demi mendapatkan Pfizer, ya, jangan begitu,” tuturnya.

Selain itu, ia berpendapat bahwa sebaiknya orang sehat bisa mengalah dan mendahulukan kelompok penerima yang direkomendasikan pemerintah untuk mendapatkan vaksin Pfizer.

Sebagai informasi, vaksin Pfizer sudah bisa didapatkan warga DKI Jakarta yang belum pernah mendapatkan vaksin, baik dosis pertama maupun dosis kedua. Dinas DKI Jakarta memprioritaskan empat kelompok penerima, yaitu usia 12 ke atas, ibu hamil dan menyusui, penyakit kormobid terkontrol, dan penderita gangguan imunologi yang harus disertai surat keterangan dari dokter.

“Jadi, ya, kita bagi-bagilah porsinya. Yang relatif tidak punya masalah dengan autoimun, misalnya, bisa pakai jenis vaksin yang lain,” pungkas Tompi.

 

Pewarta: Rizka Khaerunnisa

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021