Bengkulu (Antara Bengkulu) - Perburuan satwa liar dilindungi seperti harimau sumatra (phantera tigris sumatrae) di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat semakin marak, kata Koordinator Aliansi Konservasi Alam Raya (AKAR) Supintri Yohar, Rabu.

"Hasil patroli kami di beberapa wilayah di kawasan TNKS, perburuan satwa liar dilindungi terus meningkat," katanya di Bengkulu, Rabu.

Ia mengatakan AKAR, gabungan delapan lembaga lingkungan hidup memiliki program partisipatif perlindungan hutan bentang alam TNKS berbasis masyarakat.

Salah satu program yang terintegrasi yakni mitigasi konflik harimau Sumatra dengan masyarakat.

"Kami bekerja di empat daerah di tiga provinsi yang memiliki wilayah TNKS yakni Sumatra Barat, Jambi, dan Bengkulu," ujarnya.

Terdapat empat lokasi kerja yakni TNKS di wilayah Solok Provinsi Sumatra Barat, Merangin dan Kerinci Provinsi Jambi dan Mukomuko Provinsi Bengkulu.

Dari empat lokasi tersebut, perburuan tertinggi terdapat di Solok, Kerinci dan Mukomuko.

Hasil penemuan jerat harimau yang masih aktif dan tidak aktif banyak ditemukan di tiga lokasi ini.

"Kami rutin berpatroli di empat kawasan ini, dan penemuan jerat harimau masih banyak," katanya.

Hingga September 2013 ditemukan lebih 150 jerat harimau yang dibersihkan di empat lokasi sasaran tersebut.

Yohar mengatakan perambahan hutan, terutama Hutan Produksi Terbatas yang merupakan zona penyangga TNKS mempermudah akses pemburu masuk ke dalam kawasan konservasi.

"Seperti di Mukomuko, kerusakan hutan produksi terbatas mencapai 80 persen," ujarnya.

Khusus di wilayah Mukomuko, Bengkulu kata dia, selain perburuan harimau, marak juga perburuan burung di dalam TNKS.

"Jenis yang paling banyak diburu yakni burung murai yang harganya cukup menggiurkan bagi pemburu," katanya.

Ia mengatakan dalam patroli tersebut, pihaknya melibatkan masyarakat dan polisi kehutanan.

Pewarta: Pewarta Helti Marini Sipayung

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013