London (Antara/Reuters) - Kurang dari sepekan setelah FIFA membentuk satuan tugas untuk menilai kapan Piala Dunia Qatar 2022 dapat dilangsungkan, ketua FA Inggris Greg Dyke berkata bahwa turnamen itu tidak akan dimainkan pada musim panas di Timur Tengah.

Dyke tidak memiliki yuridiksi mengenai kapan Piala Dunia akan dilangsungkan sebab FA tidak memiliki kursi di komite eksekutif FIFA.

Namun ia berkata kepada para delegasi di pertemuan Para Pemimpin Sepak Bola bahwa "siapapun yang pernah berada di Qatar pada musim panas tahu bahwa Anda tidak dapat menyelenggarakan turnamen sepak bola di sana pada saat itu."

"Bahkan jika Anda stadion-stadion dengan pendingin udara, bagaimana dengan para penggemar? Pada turnamen-turnamen besar Anda dapat mengantre selama satu jam untuk bisa masuk (stadion). Mengantre selama satu jam di Qatar pada musim panas sangat berbahaya," ucapnya.

"Satu hal yang sudah pasti sekarang, adalah bahwa turnamen itu tidak akan diselenggarakan di Qatar pada musim panas. Dan kita semua sebaiknya menyambut hal itu."

"Sekarang diskusi dimulai mengenai apakah itu sebaiknya tetap dilangsungkan di Qatar, dan saya pikir kita mungkin dapat berasumsi bahwa hal itu akan terjadi."

Dyke juga berbicara mengenai laporan FIFA yang menganalisa semua penawaran untuk menyelenggarakan Piala Dunia 2018 dan 2022, dan menyimpulkan bahwa tidak aman untuk menyelenggarakan putaran final di Qatar pada musim panas, di mana suhu udara dapat mencapai 50 derajat celcius.

Harold Mayne-Nicholls, mantan ketua FA Chile yang juga menjadi ketua di Grup Evaluasi FIFA terhadap penawaran menjadi tuan rumah Piala Dunia, memberi peringkat keempat bagi Qatar dari lima penawaran yang masuk untuk putaran final 2022 dan berkata pada wawancara sebelum konferensi bahwa dalam opininya FIFA mengabaikan temuan-temuan grupnya.

    
Laporan yang diabaikan
Ia siap menjelaskannya kepada para delegasi, namun Dyke berkata bahwa ia sudah tahu laporannya diabaikan oleh komite eksekutif FIFA.

"Mereka tahu," ucapnya kepada moderator Christian Purslow, mantan ketua eksekutif Liverpool. "Mereka memiliki laporan keamanan yang telah memperingatkan mereka."

"Qatar mengajukan penawaran dan mereka melalui proses yang tepat dan mereka menang. Hari ini kami berkata, 'tidakkah sedikit aneh mereka dapat menang,' namun mereka menang dan oleh karena itu jika Anda akan menggantinya Anda harus memiliki alasan untuk menggantinya."

"Cuaca bukan alasan untuk menggantinya sebab mereka semua tahu mengenai cuaca. Laporannya ada - mereka telah diperingatkan mengenai panas namun mereka membuat keputusan sepak bola dan menurut saya, memilih untuk tidak menemuinya."

Mayne-Nicholls, berbicara kepada para peserta pertemuan, berkata kepada The Daily Telegraph, "Kami perlu mengubah sistem mengenai bagaimana kami memilih siapa yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia. Kami tidak dapat mempertahankan sistem ini yang memiliki terlalu banyak ketidaksempurnaan."

"Ketika kami membuat laporan, mereka melihatnya, namun keputusan telah diambil sebelumnya."

Ketika komite bersiap untuk menentukan kapan putaran final akan dimainkan, Michael Garcia, ketua komite etik FIFA telah memulai tur dunia di 11 negara, termasuk yang menyodorkan sembilan penawaran untuk dua putaran final.

Keinginannya adalah untuk berbicara kepada sebanyak mungkin ofisial untuk mengetahui apakah ada peluang untuk menjalankan ulang pemungutan suara.

Rusia memenangi kompetisi untuk menyelenggarakan putaran final 2018, dengan mengungguli penawaran tuan rumah bersama dari Spanyol/Portugal dan Belanda/Belgia dan Inggris. Qatar memenangi hak menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, dengan mengungguli AS, Australia, Korea Selatan, dan Jepang.

Bagaimanapun, tugas Garcia terlihat lebih berat pada pekan lalu setelah presiden FIFA Sepp Blatter berkata bahwa Piala Dunia 2022 akan dilangsungkan di Qatar apapun yang terjadi. Blatter juga mengatakan dirinya lebih memilih putaran final 2022 dipindah ke bulan-bulan musim dingin.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013