Bengkulu (Antara Bengkulu) - Petugas dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi Kementerian Kebudayaan Nasional dan Perpustakaan Nasional melestarikan buku-buku peninggalan Bung Karno yang dibaca saat menjalani pengasingan di Bengkulu pada 1938 hingga 1942.

"Tahap pertama ini hanya studi konservasi, ada beberapa lembar buku yang dibersihkan atau `bleaching`," kata Ris Eka Wibawa dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi di Rumah pengasingan Bung Karno di Kelurahan Anggut Kota Bengkulu, Kamis.

Ia mengatakan dalam tahap studi tersebut, buku-buku yang kondisinya rusak akibat rayap, jamur dan bakteri dibersihkan.

Salah satu buku suplemen hasil konvensi lalu lintas di Paris tahun 1926 yang diterbitkan pada 1933 dalam bahasa Belanda menjadi objek studi.

Tahap pertama kata dia dilakukan pembersihan secara manual menggunakan kuas menghilangkan debu-debu.

"Selanjutnya direndam dengan kalium permanganat selama 20 menit untuk mematikan jamur," katanya.

Setelah itu, 110 halaman buku itu dipindahkan ke dalam larutan asam oksalat selama 10 menit untuk membersihkan kertas buku.

Kemudian lembaran-lembaran tersebut di-flating agar halaman buku tidak bergelombang.

"`Flating` dilakukan selama sehari hingga kering dan kertasnya datar," ujarnya.

Seluruh proses tersebut, diawasi oleh ahlinya, sebab jika tidak hati-hati dapat menyebabkan kerusakan fatal.

Haris Riyadi dari Perpustakaan Nasional menambahkan selain proses "bleaching", pihaknya juga melakukan proses fumigasi terhadap buku-buku berusia tua itu.

"Kebetulan saat ini juga ada rehab rumah Bung Karno, jadi buku-buku juga dikeluarkan sementara," ujarnya.

Lemari buku tempat penyimpanan dan pemajangan buku-buku yang sebagian besar berbahasa Belanda dan Inggris itu disterilisasi.

Koordinator Juru Pelihara Benda Cagar Budaya (BCB) BPCB Jambi Wilayah Provinsi Bengkulu Sugrahanuddin menambahkan, terdapat 303 judul buku Bung Karno yang terdapat di rumah bersejarah itu.

"Selama ini pemeliharaan hanya seadanya dengan memberi kapur barus, untuk mengamankan dari rayap," katnaya.

Para pengunjung kata dia dilarang menyentuh buku-buku bersejarah itu, sebab kondisinya sudah tua dan rapuh.

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013