Mukomuko (Antara Bengkulu) - Dewan Penasihat Gerakan Pemuda Ansor wilayah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, menyarankan solusi dialog untuk menyelesaikan "khilafiyah" atau beda pendapat tentang penafsiran suatu masalah antara warga Kecamatan Penarik dan Majelis Tafsir Al Quran.

"Itu hanya masalah kecil. Bisa diselesaikan dengan cara dialog difasilitasi Majelis Ulama Indonesia, ulama, dan organisasi Islam," kata Dewan Penasihat Gerakan Pemuda Ansor wilayah Kabupaten Mukomuko, Daud, di Mukomuko, Jumat.

Daud menyarankan itu menanggapi penolakan warga di Kecamatan Penarik terhadap keberadaan Majelis Tafsir Al Quran (MTA) yang kerap menghujat ritual masyarakat melakukan yasinan, ziarah kubur, dan tahlilan.

Ia mengatakan, jika kedua belah pihak tetap mempertahankan pendapat mereka masing-masing, maka persoalan perbedaan tersebut  tidak akan pernah selesai dan masalah ini sudah dua tahun terakhir.

"Kalau masalah ini sudah ada dua tahun yang lalu, meskipun waktu itu warga protes terhadap MTA, tetapi habis batas itu saja, kemungkinan puncak protes itu sekarang," katanya.

Bahkan, kata dia, pernah saat itu ketika banser melakukan pengajian dihujat oleh kelompok tersebut, tetapi tidak ditanggapi.

"Memang banser sempat marah waktu itu tetapi cepat saya redam demi keamanan," ujarnya.

Ia menjelaskan, persoalan itu muncul ketika tradisi atau ritual warga di Kecamatan Penarik melakukan yasinan, ziarah kubur, dan tahlilan dipersoalkan oleh kelompok itu.

"MTA saat itu menghujat dan menganggap bahwa tradisi warga di wilayah itu haram," ujarnya lagi.

Koordinator warga Kecamatan Penarik Miftahul Huda Al Hakim menyatakan menolak keberadaan MTA di wilayahnya yang sering menyinggung tradisi mereka melakukan yasinan, ziarah kubur, tahlilan.

"Penolakan ini telah kami laporkan secara tertulis kepada pemerintah setempat, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Polisi, dan pengawas aliran pepercayaan masyarakat (Pakem)," ujarnya.

Ia berharap, instansi terkait menindaklanjuti laporan warga tersebut guna menghindari benturan sosial di tengah masyarakat.

Dia menjelaskan, aktivitas dakwah Majelis Tafsir Alquran (MTA) yang disiarkan oleh salah satu radio swasta di wilayah itu cenderung menanamkan kebencian dan provokasi di tengah masyarakat.

Sementara itu Ketua Kelompok Pengajian MTA Perwakilan Mukomuko Irianto membantah tudingan jika kegiatan kelompok pengajiannya telah berbuat hal hal yang negatif.

Menurutnya, kelompok pengajian tersebut terbuka untuk umum, siapa saja boleh hadir di di masjid Al-Muhajirin di Desa Mekar Mulya, Kecamatan Penarik.

"Pengajian kami ini memang disiarkan melalui radio namun tudingan soal menyinggung itu yang tidak benar," ujarnya lagi.

Ia menilai, jika semua itu hanya kesalahan komunikasi kelompoknya dengan tokoh agama di wilayah itu.

Untuk membuktikan kebenarannya, pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan kegiatan pengajian akbar. Pengajian itu nantinya akan mengundang seluruh pejabat, dinas dan instansi serta masyarakat.

"Intinya kelompok pengajian yang kami ikuti ini tidak mengarah kepada hak negatif apalagi sampai memprovokasi warga karena kita semua ini bersaudara," ujarnya lagi.(ant)

Pewarta:

Editor : Ferri Aryanto


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013