Medan (Antara Bengkulu) - Seluas 1.893 hektare tanaman jeruk di Tanah Karo mengalami kerusakan pascaerupsi dan letusan Gunung Sinabung berturut-turut sejak bulan lalu.

"Kemungkinan jumlah kerusakan tanaman jeruk itu masih akan bertambah karena yang terdata masih di lima kecamatan terdekat Gunung Sinabung," kata Kepala Dinas Pertanian Karo, Agustoni Tarigan yang dihubungi dari Medan, Rabu.

Berdasarkan data, luasan kebun jeruk di Karo sekitar 14.000-an hektare. Kerusakan tanaman jeruk itu membuat produksi berkurang dan pengurangan diperkirakan berlanjut hingga tahun depan karena dampak letusan baru dirasakan pada panen berikutnya.

Menurut dia, penanganan juga belum bisa dilakukan kepada tanaman jeruk itu karena situasi belum memungkinan karena lantaran Sinabung masih berulang.

Padahal, kata dia, Pemerintah Kabupaten Karo pada Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja (PAPBD) 2013, ada dana anggaran untuk pengadaan bibit jeruk ke petani sejumlah 165.000 pohon.

"Pemberian bibit jeruk itu dilakukan untuk mengembangkan salah satu buah khas daerah itu menyusul sudah banyaknya tanaman tua dan sebagian diserang penyakit," katanya.

Pedagang buah di Pusat pasar Medan, Asiang menyebutkan, pasokan buah jeruk dari Karo semakin ketat karena produksi petani semakin rendah dampak erupsi dan letusan Sinabung.

"Makanya harga jual di pasar semakin mahal.Paling murah Jeruk Berastagi dijual Rp15.000 per kg dari sebelumnya bisa Rp10.000 per kg," katanya. (Antara)

Pewarta: Oleh Evalisa Siregar

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013