Balige, Sumut (Antara Bengkulu) - Sejumlah pemerhati lingkungan akan menggelar perayaan Natal di atas kapal di tengah perairan Danau Toba, Sumatera Utara, pada Sabtu (7/12) sebagai bentuk ajakan memelihara kelestarian alam dan lingkungan sekitarnya.

"Penyelenggaraan Natal dalam nuansa berbeda di tengah perairan danau itu, sebagai upaya menggugah semangat para peserta untuk melestarikan kawasan Danau Toba," kata Ketua Panitia Natal, Marandus Sirait di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Kamis.

Menurut Marandus, gagasan untuk membuat refleksi akhir tahun muncul dari rekannya sesama pecinta lingkungan, berawal dari kegelisahan mereka melihat kondisi Danau Toba yang dieksploitasi secara berlebihan oleh korporasi-korporasi besar mengabaikan prinsip-prinsip keseimbangan ekosistem.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan Natal tersebut, kata penerima kalpataru sebagai pembina lingkungan pada 2005 tersebut, di antaranya, perlindungan kawasan Danau Toba sebagai salah satu situs dan sejarah pembentukan bumi dapat dikampanyekan secara lebih luas.

Pengelola Taman Eden 100 di Kecamatan Lumbanjulu itu menyebutkan, semangat pemulihan kondisi kawasan Danau Toba agar semakin baik, ingin mereka sampaikan kepada semua pihak, terutama Pemerintah untuk dapat diagendakan menjadi kegiatan nasional.

Selain, acara seremonial Natal, lanjut Marandus, mereka juga akan melaksanakan penanaman pohon serta pelepasan berbagai jenis burung dan ikan ke perairan serta menyelenggarakan rapat persiapan deklarasi pemulihan kawasan Danau Toba di Kecamatan Tuktuk, Kabupaten Samosir.

"Terwujudnya deklarasi gerakan nasional penyelamatan Danau Toba secara menyeluruh harus menjadi awal kesadaran semua pihak untuk membangkitkan kembali kejayaan pariwisata Danau Toba," tutur Marandus Sirait.

Diakuinya, karunia keindahan Danau Toba sulit dibantah, karena setiap sudutnya sangat menakjubkan, sehingga tidak berlebihan jika saat ini danau terluas di Asia Tenggara tersebut diperjuangkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu situs warisan dunia.

Saat ini, lanjut Marandus, kawasan hutan Toba diperkirakan hanya tinggal 15 persen lagi, sementara penjarahan hutan tak kunjung berhenti.

Meski kerusakan sistematik terus terjadi dan sering menjadi sorotan publik, kata dia, bukan berarti pengrusakan alam Danau Toba semakin menciut, malah sebaliknya terus membesar.

Dikatakannya, hal itulah yang menjadi dasar rekan-rekannya sesama penerima kalpataru untuk melakukan aksi pengembalian penghargaan tersebut pada Selasa (3/11) kepada Kementerian Lingkungan hidup di Jakarta.

Dia menambahkan, penghargaan lingkungan sama sekali tidak berarti jika pengrusakan alam terus berjalan mulus. Sampai kini, kawasan Danau Toba masih terus mendapat tekanan fisik maupun psikis dengan ekspolitasi berlebihan.

"Kami ingin menyampaikan pesan Natal, agar seluruh pemangku kepentingan di kawasan Danau Toba dapat menyadari pentingnya memelihara kelestarian lingkungan yang berkelanjutan," kata Marandus. (Antara)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013