Bengkulu- (Antara) - Hari ini, 13 Desember 2013 Kantor Berita  Indonesia Antara genap berusia 76 tahun.

Menurut catatan, Kantor Berita Antara didirikan pada tanggal 13 Desember 1937 oleh A.M. Sipahoetar, Mr. Soemanang, Adam Malik dan Pandoe Kartawigoena, saat semangat kemerdekaan nasional digerakkan oleh para pemuda pejuang.

Sebagai Direktur pertama pada waktu itu adalah Mr. Soemanang dan Adam Malik sebagai Redaktur (wartawan muda, usia 17 tahun pada waktu itu) merangkap Wakil Direktur; Pandoe Kartawigoena sebagai Administratur serta dibantu wartawan A.M. Sipahutar. Adapun kantor KB Antara terletak di Buiten Tigerstraat 30 (sekarang J. Pinangsia 70 Jakarta Kota).

Pada tahun 1941, jabatan Direktur oleh Mr. Sumanang diserahkan kepada Sugondo Djojopuspito (mantan mahasiswa RH usia 36 th pada waktu itu, kawan Soemanang yang juga mantan mahasiswa RH, yang bekerja di Biro Statistik), sedangkan jabatan Redaktur tetap pada Adam Malik yang merangkap sebagai Wakil Direktur.

Kemudian Kantor KB Antara tahun 1942 pindah ke Noord Postweg 53 Paser Baroe (sekarang Jl. Pos Utara No. 53 Pasar Baru) bersama dengan Kantor Berita Domei, dan Soegondo pindah bekerja di Kantor Shihabu, sedangkan Adam Malik dan AM Sipahutar tetap menjadi pegawai Domei.

Pada tahun 1962, ANTARA resmi menjadi Lembaga Kantor Berita Nasional yang berada langsung di bawah Presiden Republik Indonesia. Lembaga Kantor Berita Nasional Antara atau disingkat LKBN Antara merupakan kantor berita terbesar di Indonesia, yang sifatnya semi pemerintah, walaupun ketika pertama kali didirikan oleh para wartawan nasionalis pada masa penjajahan Belanda sebelum PD II sepenuhnya merupakan usaha swasta.

Agar dapat memanfaatkan berbagai peluang bisnis dan untuk menghadapi tantangan konvergensi media sekaligus dapat mengemban tugas pencerdasan bangsa, maka Pemerintah dibawah kepemimpinan H. Susilo Bambang Yudhoyono mengubah status LKBN ANTARA menjadi Perusahaan Umum (Perum) pada tanggal 18 Juli 2007 melalui PP 40/2007.

Status Lembaga Kantor Berita Nasional Antara kini adalah Badan Usaha Milik Negara, dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham, dimana diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2007.

Pengurus sekarang berbentuk Direksi dan Dewan Pengawas. Sejak 23 Oktober 2012, terpilih Direksi terdiri atas Saiful Hadi (Direktur Utama), Akhmad Kusaeni (Direktur Pemberitaan), Naufal Mahfudz (Direktur SDM dan Umum) dan Hempi Nartomo Prajudi (Direktur Komersial) dan Endah Sri Wahyuni (Direktur Keuangan). Pemerintah juga mengangkat anggota Dewan Pengawas.

Bila sebelumnya Antara melakukan pengiriman berita dengan menggunakan pemancar dan buletin cetak, pada tahun 1976 diganti dengan menggunakan sistem teleteks dan kemudian menggunakan sistem komputerisasi.

Mulai akhir tahun 90an, pengiriman berita kepada 300 pelanggan menggunakan satelit/VSAT dan sejak tahun 2001 berita Antara dapat diakses melalui internet.

Di luar negeri, sejak tahun 2007 LKBN Antara mempunyai kantor biro di Kuala Lumpur, Tokyo, Beijing, London, Canberra, dan New York. Karena alasan beban operasional tinggi, jumlahnya menciut dibanding sebelum tahun 2007 yang pernah memiliki 14 kantor perwakilan di luar negeri.

LKBN ANTARA menghasilkan berbagai konten berita teks, foto dan video yang menyasar lebih dari 300 pelanggan media. Perubahan status Lembaga Negara menjadi Perusahaan Umum (Perum) dimulai berdasarkan PP 40/2007 tertanggal 18 Juli 2007. Pemberian status Perum guna memudahkan kerja kantor berita perjuangan tersebut untuk menghadapi era konvergensi media dan tantangan bisnis media yang kian mengglobal.

Diharapkan dengan berbadan hukum Perum, LKBN ANTARA dapat mengembangkan berbagai lini bisnis berbasis konten, komunikasi, pengelolaan data dan pendidikan media. Sebagian berita untuk pasar media diformat untuk publik melalui portal publik www.antaranews.com.

Kerjasama internasionalnya pun kian meluas. Antara bekerjasama dengan Reuters, Bloomberg, AFP dan Xinhua dalam skema komersial. Antara juga mengadakan kerjasama dengan Bernama (Malaysia) dan Thai News Agency (TNA) melalui jaringan AMEX (ASEAN New Exchange).

Kerjasama regional dilakukan melalui Organization of Asia Pacific News Agencies (OANA),International Islamic News Agency (IINA) di Jeddah, dan Non Aligned News Agency Pool (NANAP). Tahun 2007-2010, ANTARA dipercaya sebagai President OANA.

Selain itu, Antara juga mengadakan pertukaran berita secara bilateral dengan Xinhua [China], IRNA dan MNA [Iran], MENA (Mesir), Yonhap (Korea Selatan), TAP (Tunisia), Anadolu (Turki), WAM (Uni Emirat Arab), VNA (Vietnam), Azertac (Ajerbaizan), Yonhap (Korea Selatan), BTI (Bulgaria), EFE (Spanyol), CNA (Taiwan) dan sebagainya.

Pasar utama produk layanan ANTARA adalah media (business to businesss). Kini ANTARA sedang melakukan diversifikasi produk untuk publik, baik melalui portal berita http://www.antaranews.com maupun portal berita daerah. Layanan ANTARA meliputi produksi berita teks, foto dan multimedia sebagai bisnis inti. Beberapa bisnis bukan inti adalah layanan teknis dan pemasaran bekerjasama dengan Reuters, Bloomberg, AFP, Xinhua dan DPA, selain jasa penerbitan, pelatihan jurnalistik, komunikasi pemasaran, PR Wire, dan penyelenggaraan kegiatan di Auditorium Adhiyana.

Selain menyasar pelanggan media, konten untuk masyarakat bisnis juga dikembangkan melalui unit bisnis IMQ. Layanan utama IMQ ini berupa layanan data seketika mengenai harga valuta asing, emas dan komoditi lainnya di bursa-bursa nasional dan internasional, serta informasi dari pusat-pusat bisnis di seluruh dunia.

Antara di Bengkulu

Kegiatan pengiriman berita secara formal dari Bengkulu untuk Antara pernah dilakukan seorang pemuda bernama M Manaf pada masa perang kemerdekaan melawan penjajah Belanda. Ia pejuang yang cukup dekat dengan Presiden Soekarno.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, pengiriman berita terus dilakukan hingga berhenti  tahun 1970. Kemudian Februari 1971 pengiriman berita dilakukan oleh ME Sianang, seorang PNS di Pemda Provinsi Bengkulu.

Saat itu, kantor tempat pengiriman berita di depan Pasarminggu, lalu pindah ke Padangjati, depan Kantor Pengadilan Negeri Bengkulu. Dan terakhir kali kegiatan pengiriman berita dilakukan dari kompleks Pemda Anggut Atas Nomor 8 Bengkulu, tepatnya di belakang rumah Bung Karno (kini Museum Bung Karno).

Kesibukan Sianang sebagai PNS menyulitkannya untuk tetap menjalankan tugas jurnalistiknya. Pada tahun 1980, setelah konsultasi dengan Drs H.I Salman (Sekwilda TK I Bengkulu) dan meminta saran dari Soeprapto (Gubernur Bengkulu), ia akhirnya mengundurkan diri sebagai PNS dan mengabdikan diri sepenuhnya sebagai wartawan Antara.

Berdasarkan surat keputusan pimpiman umum LKBN Antara, pada Februari 1980, ME Sianang ditunjuk sebagai kepala Antara Biro Bengkulu. Pada saat itu, belum memiliki kantor sehingga kegiatan tetap dilakukan dari rumah dan kadang menumpang di kantor gubernur.

Sebagai Kepala Biro Antara Bengkulu, sekaligus Ketua PWI Cabang Bengkulu pertama serta pemimpin redaksi "Semarak Bengkulu" ME Sianang mengusulkan kepada Gubernur Bengkulu untuk membangunkan sebuah kantor permanen guna menampung kegiatan dan sebagai tempat bertemunya wartawan-wartawan Bengkulu.

Gubernur Bengkulu menyetujui dan membangunkan kantor di kompleks pemerintahan Jalan Pembangunan Nomor 3. Kantor berlantai tiga tersebut ditempati secara bersama-sama oleh LKBN Antara di lantai III, PWI Cabang Bengkulu lantai II dan Redaksi Semarak Bengkulu lantai I.

Hingga kini Antara masih menempati lantai III Gedung Balai Wartawan tersebut. Sedangkan para kepala biro yang memimpin yakni ME Sianang (1980-1988), Amir Hamzah (1988-1995), Kaswir (1995-2002), Herman Nasir (2002-2009), Indra Gultom (21 April 2009-28 Maret 2012) dan Triono Subagyo (28 Maret 2012 hingga kini).

Untuk meningkatkan pelayanan ke masyarakat terkait informasi dan publikasi, Antara di Bengkulu pun membuat portal yakni www.antarabengkulu.com.
(*)







Pewarta:

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013