Musirawas, Sumatera Selatan (Antara) - Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, tengah mendata seluruh potensi budaya lokal untuk dikembangkan menjadi wisata nasional.
"Kita menargetkan pada 2014 pendataan itu sudah rampang meskipun masih banyak cagar budaya di masyarakat yang belum terdata," kata Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Musirawas Hj Susilawati Burlian di Musirawas, Selasa.
Untuk mengetahui jumlah benda cagar budaya yang masih tersisa, pihaknya melibatkan masyarakat dan para tokoh karena mereka lebih mengetahui keberadaan benda-benda tersebut.
Untuk bidang kesenian sudah dilakukan pendataan sejak 2013 dan sebagian besar terdata dan tinggal meningkatkannya menjadi aset kesenian khas Musirawas ditingkat nasional.
Selama ini, budaya lokal nyaris punah karena kurang didukung oleh dunia pendidikan, sehingga generasi mulai dari siswa tidak mengetahui budaya sendiri.
Mestinya setiap sekolah memasukan salah satu materi mata pelajaran muatan lokal yakni budaya yang ada di masyarakat, khususnya budaya Musirawas.
Sehingga budaya lokal tetap terpelihara dan masyarakat ikut memeliharannya dengan baik, mereka bisa menyajikan budaya itu saat menggelar hiburan atau hajatan adat tahunan.
Bupati Musirawas H Ridwan Mukti berkali-kali mengingatkan agar budaya lokal dikembangkan dan dipertahankan supaya tidak hilang oleh budaya luar yang sudah merambah tanah air sekarang ini.
Untuk menghidupkan kembali budaya lokal itu, instansi terkait mendata seluruh budaya dan adat yang nyaris punah di tengah masyarakat.
"Dengan dipertahankannya budaya adat kita, maka adat peninggalan nenek moyang tetap utuh pada zaman moderen ini, di samping itu menggali cagar budaya yang terkandung di pedesaan," ujarnya.
Pihaknya menilai, masyarakat berangsur meninggalkan budaya asli dan beralih dengan budaya luar, akibatnya budaya lokal hampir hilang, sehingga tidak ada lagi regenerasinya.
"Kita khawatir bila budaya lokal sudah hilang, maka adat otomatis lenyap dan berganti dengan budaya luar," ujarnya.
Contohnya, kata dia, remaja wanita di pedesaan mulai menggunakan celana pendek dan memamerkan aurat tidak layak dipandang mata di pedesaan, hal itu akan memicu tingkat kriminalitas kalangan anak muda.
Kalau sebelumnya, gadis desa dilengkapi dengan pakaian tertutup aurat dan tidak menimbulkan birahi bagi kaum lelaki, hal itu perlu dipertahankan hingga akhir zaman, ujarnya. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014
"Kita menargetkan pada 2014 pendataan itu sudah rampang meskipun masih banyak cagar budaya di masyarakat yang belum terdata," kata Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Musirawas Hj Susilawati Burlian di Musirawas, Selasa.
Untuk mengetahui jumlah benda cagar budaya yang masih tersisa, pihaknya melibatkan masyarakat dan para tokoh karena mereka lebih mengetahui keberadaan benda-benda tersebut.
Untuk bidang kesenian sudah dilakukan pendataan sejak 2013 dan sebagian besar terdata dan tinggal meningkatkannya menjadi aset kesenian khas Musirawas ditingkat nasional.
Selama ini, budaya lokal nyaris punah karena kurang didukung oleh dunia pendidikan, sehingga generasi mulai dari siswa tidak mengetahui budaya sendiri.
Mestinya setiap sekolah memasukan salah satu materi mata pelajaran muatan lokal yakni budaya yang ada di masyarakat, khususnya budaya Musirawas.
Sehingga budaya lokal tetap terpelihara dan masyarakat ikut memeliharannya dengan baik, mereka bisa menyajikan budaya itu saat menggelar hiburan atau hajatan adat tahunan.
Bupati Musirawas H Ridwan Mukti berkali-kali mengingatkan agar budaya lokal dikembangkan dan dipertahankan supaya tidak hilang oleh budaya luar yang sudah merambah tanah air sekarang ini.
Untuk menghidupkan kembali budaya lokal itu, instansi terkait mendata seluruh budaya dan adat yang nyaris punah di tengah masyarakat.
"Dengan dipertahankannya budaya adat kita, maka adat peninggalan nenek moyang tetap utuh pada zaman moderen ini, di samping itu menggali cagar budaya yang terkandung di pedesaan," ujarnya.
Pihaknya menilai, masyarakat berangsur meninggalkan budaya asli dan beralih dengan budaya luar, akibatnya budaya lokal hampir hilang, sehingga tidak ada lagi regenerasinya.
"Kita khawatir bila budaya lokal sudah hilang, maka adat otomatis lenyap dan berganti dengan budaya luar," ujarnya.
Contohnya, kata dia, remaja wanita di pedesaan mulai menggunakan celana pendek dan memamerkan aurat tidak layak dipandang mata di pedesaan, hal itu akan memicu tingkat kriminalitas kalangan anak muda.
Kalau sebelumnya, gadis desa dilengkapi dengan pakaian tertutup aurat dan tidak menimbulkan birahi bagi kaum lelaki, hal itu perlu dipertahankan hingga akhir zaman, ujarnya. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014