Pandeglang (Antara) - Duta Badak Jawa Desi Ratnasari mengajak masyarakat untuk menyayangi hewan langka yang statusnya sangat kritis karena hampir punah itu.
"Menyelamatkan badak jawa itu pekerjaan yang tidak mudah, kalau tidak dilakukan secara bersama-sama oleh semua pihak, termasuk masyarakat," katanya di Pandeglang, Rabu.
Menurut dia, melestarikan badak oleh sebagian pihak mungkin merupakan langkah kecil, tapi kegiatan itu akan menjadi langkah besar ketika semua elemen memandang penting untuk menyelematkan hewan bercula satu tersebut.
Penyelamatan badak cula satu yang hidup di kawasan Taman Nasional Ujung Kulong (TNUK) Pandeglang itu, kata dia, akan dirasakan penting ketika ada kesadaran pentingnya menyelamatkan lingkungan hidup.
"Menyelamatkan badak jawa secara tidak langsung telah menyelamatkan lingkungan, dan menyayangi badak juga secara tidak langsung telah menyangangi hidup kita," ujarnya.
Bintang sinetron dan iklan itu, juga menyatakan pentingnya menyelamatkan lingkungan yang didalamnya juga menyelamatkan badak serta "mendengarkan" alam.
"Kalau kita sadar untuk menyelematkan lingkungan dan mau mendengarkan alam, maka akan terhindar dari hal yang tidak diinginkan, seperti bencana," katanya.
Dulu, kata dia, di Provinsi Papua tidak pernah terdengar adanya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, tapi sekarang bencana alam pun terjadi.
"Mengapa di Papua sekarang terjadi bencana, karena kita sudah tidak mau lagi mendengarkan alam, dan kurang peduli dengan penyelamatan lingkungan hidup," katanya.
Desi juga menyatakan, tugas semuanya menyelematkan badak jawa, dan perlu diberikan apresiasi besar terhadap tim yang selama ini berada di lapangan untuk melestarikan hewan langka itu.
"Tugas saya sebagai duta sebenarnya kecil, karena hanya memberikan informasi dan mengajak masyarakat untuk menyayangi badak, tapi anggota penyelamatan di lapangan sangat berat," katanya.
Mareka, lanjut dia, harus menginap di dalam hutan dan berjalan melewati ilalang serta lumpur. Semuanya dilakukan hanya untuk menyelamatkan badak jawa dan lingkungan yang manfaatnya bisa dirasakan semuanya. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014
"Menyelamatkan badak jawa itu pekerjaan yang tidak mudah, kalau tidak dilakukan secara bersama-sama oleh semua pihak, termasuk masyarakat," katanya di Pandeglang, Rabu.
Menurut dia, melestarikan badak oleh sebagian pihak mungkin merupakan langkah kecil, tapi kegiatan itu akan menjadi langkah besar ketika semua elemen memandang penting untuk menyelematkan hewan bercula satu tersebut.
Penyelamatan badak cula satu yang hidup di kawasan Taman Nasional Ujung Kulong (TNUK) Pandeglang itu, kata dia, akan dirasakan penting ketika ada kesadaran pentingnya menyelamatkan lingkungan hidup.
"Menyelamatkan badak jawa secara tidak langsung telah menyelamatkan lingkungan, dan menyayangi badak juga secara tidak langsung telah menyangangi hidup kita," ujarnya.
Bintang sinetron dan iklan itu, juga menyatakan pentingnya menyelamatkan lingkungan yang didalamnya juga menyelamatkan badak serta "mendengarkan" alam.
"Kalau kita sadar untuk menyelematkan lingkungan dan mau mendengarkan alam, maka akan terhindar dari hal yang tidak diinginkan, seperti bencana," katanya.
Dulu, kata dia, di Provinsi Papua tidak pernah terdengar adanya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, tapi sekarang bencana alam pun terjadi.
"Mengapa di Papua sekarang terjadi bencana, karena kita sudah tidak mau lagi mendengarkan alam, dan kurang peduli dengan penyelamatan lingkungan hidup," katanya.
Desi juga menyatakan, tugas semuanya menyelematkan badak jawa, dan perlu diberikan apresiasi besar terhadap tim yang selama ini berada di lapangan untuk melestarikan hewan langka itu.
"Tugas saya sebagai duta sebenarnya kecil, karena hanya memberikan informasi dan mengajak masyarakat untuk menyayangi badak, tapi anggota penyelamatan di lapangan sangat berat," katanya.
Mareka, lanjut dia, harus menginap di dalam hutan dan berjalan melewati ilalang serta lumpur. Semuanya dilakukan hanya untuk menyelamatkan badak jawa dan lingkungan yang manfaatnya bisa dirasakan semuanya. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014