Anak berusia 5-11 tahun penerima vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech 68 persen lebih kecil kemungkinannya dirawat di rumah sakit selama gelombang Omicron di Amerika Serikat dibandingkan dengan anak yang tidak divaksin, menurut riset pada Rabu.

Sedangkan remaja berusia 12-18 tahun yang menerima dua dosis vaksin COVID-19 sekitar 40 persen lebih kecil kemungkinannya dirawat di rumah sakit karena varian Omicron.

Risiko lebih serius yang muncul, seperti kebutuhan bantuan pernapasan mekanis atau kematian, hampir 80 persen lebih rendah terjadi pada penerima vaksin di kelompok usia tersebut.

Riset tersebut dilakukan ilmuwan dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) dan Rumah Sakit Anak Boston dan laporannya diterbitkan di New England Journal of Medicine.

"Infeksi seperti COVID dan infeksi pernapasan memiliki tingkat keparahan yang berbeda," kata peneliti CDC Dr Manish Patel. "Akan tetapi tindakan untuk melawan penyakit parah masih dapat dipertahankan."

Riset itu melibatkan pasien yang divaksin dan yang tidak divaksin dengan dan tanpa infeksi COVID-19 di 31 rumah sakit di 23 negara bagian.

Vaksin bekerja lebih baik melawan varian Delta, yang menyebar tahun lalu. Keampuhan vaksin dalam mencegah rawat inap di kalangan remaja ketika varian Delta dominan mencapai sekitar 93 persen, menurut riset.

Hasil riset CDC lebih baik untuk kelompok usia yang lebih muda dibanding riset dari tim peneliti negara bagian New York yang dipublikasikan pada Februari.

Riset itu menemukan bahwa vaksin mempunyai efikasi sekitar 48 persen untuk mencegah rawat inap pada anak-anak dan 73 persen di kalangan remaja selama Januari 2022.

"Sebagian besar anak-anak yang mengalami penyakit kritis tidak disuntik vaksin," kata Patel. "Dan kami harus mampu mencegahnya dengan tindakan sederhana berupa vaksinasi."

Sumber: Reuters

Pewarta: Asri Mayang Sari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022