Manajer Real Madrid Carlo Ancelotti menyebut dendam Mohamed Salah dan Liverpool kepada Real Madrid akibat kalah dalam final Liga Champions 2018 justru menjadi semangat tambahan bagi Real dalam menghadapi The Reds dalam final edisi 2022 ini.
"Bisa jadi motivasi. Tetapi dalam sejarah Real Madrid juga ada final ketika mereka kalah di Paris melawan Liverpool (pada 1981). Jadi kami bisa mendapatkan motivasi yang sama seperti Salah," kata Ancelotti seperti dikutip ESPN, Rabu.
"Kami menghormati Salah, dia pemain hebat, dia berbahaya. Bisa jadi balas dendam bagi mereka atas (final) 2018, atau bagi Real Madrid atas final ketika mereka kalah pada 1981," sambung Ancelotti.
Ancelotti juga memiliki sejarah panjang menghadapi Liverpool ketika kalah melawan mereka dalam adu penalti melawan AC Milan di Istanbul pada 2005 sebelum mengalahkan mereka 2-1 di Athena dua tahun kemudian.
"Kami sudah bertemu beberapa kali," kata Ancelotti. "Pada 2005, sebuah final yang sepertinya sudah kami menangkan, kami kalah dalam adu penalti. Lalu pada 2007, dan kembali saat ini. "
"Ini klub yang saya hormati, saya suka sejarah mereka, bersama Bob Paisley yang tiga kali menjuarai Piala Eropa. Ini tim yang bersejarah dan bermain dalam final melawan mereka itu spesial," pungkas Ancelotti.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022
"Bisa jadi motivasi. Tetapi dalam sejarah Real Madrid juga ada final ketika mereka kalah di Paris melawan Liverpool (pada 1981). Jadi kami bisa mendapatkan motivasi yang sama seperti Salah," kata Ancelotti seperti dikutip ESPN, Rabu.
"Kami menghormati Salah, dia pemain hebat, dia berbahaya. Bisa jadi balas dendam bagi mereka atas (final) 2018, atau bagi Real Madrid atas final ketika mereka kalah pada 1981," sambung Ancelotti.
Ancelotti juga memiliki sejarah panjang menghadapi Liverpool ketika kalah melawan mereka dalam adu penalti melawan AC Milan di Istanbul pada 2005 sebelum mengalahkan mereka 2-1 di Athena dua tahun kemudian.
"Kami sudah bertemu beberapa kali," kata Ancelotti. "Pada 2005, sebuah final yang sepertinya sudah kami menangkan, kami kalah dalam adu penalti. Lalu pada 2007, dan kembali saat ini. "
"Ini klub yang saya hormati, saya suka sejarah mereka, bersama Bob Paisley yang tiga kali menjuarai Piala Eropa. Ini tim yang bersejarah dan bermain dalam final melawan mereka itu spesial," pungkas Ancelotti.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022