Bupati Rejang Lebong Syamsul Effendi menyatakan masyarakat setempat antusias menyaksikan pekan budaya daerah yang digelar 10 hari dalam rangka HUT Ke-142 Kota Curup.
"Alhamdulillah rangkaian kegiatan HUT Kota Curup tahun ini sudah selesai, alhamdulillah antusias masyarakat untuk menyaksikan kegiatan yang kita adakan cukup tinggi," katanya usai upacara peringatan HUT Kota Curup di halaman Pemkab Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, Minggu.
Dia menjelaskan pekan budaya daerah dan pameran produk UMKM dalam rangka peringatan hari jadi daerah itu selama dua tahun tidak dilaksanakan karena pandemi COVID-19.
Berbagai kegiatan perlombaan, penampilan seni budaya daerah lokal dan daerah lainnya, serta pameran produk UMKM dan bazar kali ini, kata dia, berjalan sukses kendati dalam pelaksanaannya masih banyak yang harus diperbaiki lagi agar ke depan lebih baik.
Salah satu kegiatan yang dievaluasi, tambah dia, festival kuda kepang yang dilaksanakan di panggung utama HUT Kota Curup yang dipusatkan di Lapangan Dwi Tunggal pada Sabtu (28/5) yang ambruk. Hal ini terjadi karena banyak penonton naik ke panggung utama guna menyaksikan festival tersebut.
HUT Kota Curup, Ibu Kota Kabupaten Rejang Lebong, jatuh pada 29 Mei. Hari ulang tahun daerah setempat itu, setiap tahun selalu diperingati dengan menggelar pekan budaya daerah, pameran pembangunan, serta puncaknya dilakukan upacara bendera dan rapat paripurna di DPRD Rejang Lebong.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Rejang Lebong Rezza Pakhlevie menjelaskan beberapa kegiatan perlombaan dan penampilan dalam pekan budaya daerah HUT Kota Curup ini ialah menampilkan adat istiadat budaya lokal yakni Suku Rejang dan Suku Lembak seperti prosesi adat doa sudut sebelum dimulai kedurei agung atau pesta besar.
Kegiatan adat dan perlombaan suku lokal ini dimulai dengan pawai adat, kemudian prosesi kedurei agung, yakni makan bersama dengan menyiapkan 5.000 nasi ibet (nasi yang dibungkus daun pisang).
Untuk kegiatannya, berupa lomba seni budaya daerah lokal seperti lomba tari kejei, lomba gitar tunggal, lomba bekulo (pendekatan antarkeluarga sebelum acara pernikahan), bujang semulen (bujang dan gadis).
Selain itu, lomba menulis dan membaca huruf asli masyarakat Rejang yakni aksara Ka Ga Nga , lomba busana Pei Ka Ga Nga yang merupakan busana daerah Rejang, lomba lagu daerah Rejang dan lembak serta perlombaan maupun pementasan seni budaya nasional lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022
"Alhamdulillah rangkaian kegiatan HUT Kota Curup tahun ini sudah selesai, alhamdulillah antusias masyarakat untuk menyaksikan kegiatan yang kita adakan cukup tinggi," katanya usai upacara peringatan HUT Kota Curup di halaman Pemkab Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, Minggu.
Dia menjelaskan pekan budaya daerah dan pameran produk UMKM dalam rangka peringatan hari jadi daerah itu selama dua tahun tidak dilaksanakan karena pandemi COVID-19.
Berbagai kegiatan perlombaan, penampilan seni budaya daerah lokal dan daerah lainnya, serta pameran produk UMKM dan bazar kali ini, kata dia, berjalan sukses kendati dalam pelaksanaannya masih banyak yang harus diperbaiki lagi agar ke depan lebih baik.
Salah satu kegiatan yang dievaluasi, tambah dia, festival kuda kepang yang dilaksanakan di panggung utama HUT Kota Curup yang dipusatkan di Lapangan Dwi Tunggal pada Sabtu (28/5) yang ambruk. Hal ini terjadi karena banyak penonton naik ke panggung utama guna menyaksikan festival tersebut.
HUT Kota Curup, Ibu Kota Kabupaten Rejang Lebong, jatuh pada 29 Mei. Hari ulang tahun daerah setempat itu, setiap tahun selalu diperingati dengan menggelar pekan budaya daerah, pameran pembangunan, serta puncaknya dilakukan upacara bendera dan rapat paripurna di DPRD Rejang Lebong.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Rejang Lebong Rezza Pakhlevie menjelaskan beberapa kegiatan perlombaan dan penampilan dalam pekan budaya daerah HUT Kota Curup ini ialah menampilkan adat istiadat budaya lokal yakni Suku Rejang dan Suku Lembak seperti prosesi adat doa sudut sebelum dimulai kedurei agung atau pesta besar.
Kegiatan adat dan perlombaan suku lokal ini dimulai dengan pawai adat, kemudian prosesi kedurei agung, yakni makan bersama dengan menyiapkan 5.000 nasi ibet (nasi yang dibungkus daun pisang).
Untuk kegiatannya, berupa lomba seni budaya daerah lokal seperti lomba tari kejei, lomba gitar tunggal, lomba bekulo (pendekatan antarkeluarga sebelum acara pernikahan), bujang semulen (bujang dan gadis).
Selain itu, lomba menulis dan membaca huruf asli masyarakat Rejang yakni aksara Ka Ga Nga , lomba busana Pei Ka Ga Nga yang merupakan busana daerah Rejang, lomba lagu daerah Rejang dan lembak serta perlombaan maupun pementasan seni budaya nasional lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022