Mukomuko,  (Antara) - Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, ditunjuk sebagai wakil provinsi itu dalam pentas teater tutur tingkat nasional yang diadakan di Gedung Kesenian Jakarta, pada Juni 2014.

"Kabupaten kita yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu, tampil di teater tutur di Jakarta," kata Kabid Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mukomuko, Yulia Reni, di Mukomuko, Selasa.

Ia mengatakan, setahunya tidak ada penilaian khusus atau daerah itu pernah menjadi pemenang dalam perlombaan kesenian teater tingkat provinsi sehingga menjadi wakil ke tingkat nasional.

Menurut dia, seperti sanggar kesenian di sembilan kabupaten/kota di provinsi itu, daerah itu selalu hadir saat diundang dalam beberapa kali kesempatan pementasan teater di Kota Bengkulu

"Karena telah ditunjuk oleh pemerintah provinsi, daerah ini akan semaksimal mungkin mempersiapkan seniman seniman untuk tampil baik saat pentas tersebut," ujarnya.

Ia mengatakan, daerah itu akan mementaskan teater yang berjudul "Sang Pati Mating disulo" atau sosok pemuda yang meninggal dunia dengan cara tersula karena memperjuangkan hak hak pribumi.

Diceritakannya, Sang Pati seorang raja kecil di mocomoco, sebutan nama Mukomuko tempo dahulu. Sang Pati digambarkan memiliki tubuh besar tinggi berkulit putih.

Ia menjelaskan, berdasarkan sumber dari Kadir, tokoh adat setempat, Sang Pati dikenal sebagai tokoh yang telah memperjuangkan hak pribumi daerah itu dari penjajahan Inggris pada abad ke-18.

"Intinya dari cerita teater ini, Sang Pati itu dianggap oleh Inggris pemberontak karena menolak perintah Inggris mengambil kayu kacang untuk tiang bendera Inggris di Benteng Anna di daerah itu dan benteng Marlboro di Kota Bengkulu," ujarnya.

Menurut dia, Idiologi Sang Pati menolak karena setelah bendera berdiri di daerah ini maka Inggris akan berkuasa selamanya.

Selain itu, kata dia, Sang Pati menolak mengambil kayu kacang tersebut karena untuk mengangkat kayu kacang yang terdapat di hutan antara Kecamatan Teras Terunjam dan Selagan Jaya membutuhkan tenaga ratusan orang.

"Kalau dipaksa mengangkat kayu itu maka dipastikan ada warga yang menjadi korban," ujarnya lagi.

Karena menolak permintaan Inggris waktu itu, kata dia, sehingga Sang Pati dianggap musuh dan harus dibunuh. Tetapi upaya Inggris membunuh Sang Pati tidak berhasil karena tubuh dia tahan terhadap senjata.

Tidak berhasil membunuh Sang Pati, kata dia, Inggris menjadi warga sebagai korban, salah satunya menaikkan pajak.

Ia menerangkan, karena ada rasa empati yang tinggi dari Sang Pati terhadap warga yang tertindas sehingga dia bersedia membocorkan rahasia dibalik kekuatan tubuhnya yang tahan terhadap peluru.

"Kemudian diambillah pucuk pohon "nipah" lalu dia didudukkan di pucuk nipah itu sehingga dari dari anus hingga mulutnya tembus dan meninggal setelah pohon nipahnya tumbuh," ujarnya lagi.***3***


Pewarta: Oleh Ferri Arianto

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014