Teater keliling pentas di berbagai kota di Tanah Air demi mengenalkan cerita rakyat sebagai kekayaan yang perlu diceritakan secara turun temurun agar tidak punah kepada masyarakat, terutama generasi muda, kata Ketua Yayasan Teater Keliling Dolfry Inda Suri.
"Melalui teater keliling yang mementaskan berbagai cerita rakyat tersebut, sekaligus kami ingin mengingatkan kembali bahwa Indonesia tidak kalah kaya dari negara-negara luar dengan materi cerita rakyat yang klasik dengan ciri khas daerah masing-masing yang begitu unik," ujarnya melalui rilis yang diterima ANTARA di Kudus, Jumat.
Ia mengungkapkan teater keliling yang berdiri sejak 13 Februari 1974 terus berkeliling dari Sabang sampai Merauke dan 11 negara di dunia.
Sementara pementasannya, kata dia, bisa mencapai 1.600 pertunjukan lebih, untuk menebarkan nilai-nilai kemanusiaan demi Indonesia yang lebih baik melalui pendidikan karakter dan mental.
Teater keliling sendiri didirikan oleh Dery Syrna, Rudolf Puspa, Buyung Zasdar dan Paul Pangemanan, dibantu juga oleh tokoh teater lainnya yaitu Jajang C. Noer, Saraswaty Sunindya, Ahmad Hidayat, Willem Patrijawane, Syaeful Anwar, dan RW Mulyadi.
Sebelumnya, teater keliling juga sukses mementaskan "Musikal Calon Arang" di lima kota bekerja sama dengan Djarum Foundation, yakni Bandung, Kudus, Madura, Makassar dan Toraja yang berlangsung 15-24 September 2023.
Pertunjukan drama berkonsep musikal yang diadaptasi dari cerita rakyat Bali itu dikolaborasikan dengan musik, bela diri, tari, dan nyanyian.
"Melalui kolaborasi ini, mereka belajar tentang nilai-nilai budaya, warisan nenek moyang, dan pesan-pesan yang tersembunyi dalam setiap kisah yang dipentaskan yang dapat menjadi pondasi kuat dalam membangun kecintaan mereka terhadap kebudayaan. Hal ini juga mampu memupuk rasa bangga akan warisan budaya Indonesia dan membantu menjaga tradisi-tradisi berharga agar tetap hidup dalam benak dan jiwa generasi muda kita," ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Menurut dia teater keliling senantiasa menghadirkan pertunjukan yang unik dan sarat pesan. Melalui perjalanan tak henti-hentinya ke berbagai penjuru Indonesia, kelompok ini berhasil menghibur dan menyebarkan cinta budaya di hati para penikmat seni di berbagai daerah yang dikunjunginya.
"Konsep pentas ini sendiri menjadi menarik karena berkolaborasi dengan penggiat seni di daerah masing-masing tempat pementasan sehingga ada semakin banyak seniman daerah yang terlibat dalam seni pertunjukan tersebut," ujarnya.
Musikal calon arang, kata dia, bercerita tentang hidup seorang dukun sakti nan keji di sebuah desa bernama Desa Girah. Dukun itu bernama Nyi Rangda, sosok ibu yang menyayangi anaknya, Ratna Manggali. Ratna adalah sosok cantik "yang terkutuk", dia tidak kunjung mendapat pendamping akibat ketakutan orang-orang terhadap sosok sang ibu yang menyeramkan.
Bayang-bayang Nyi Rangda, sang dukun sakti menjadi konflik utama dari kisah yang mempertemukan karakter demi karakter yang akan ditemui dalam pementasan tersebut.
"Keberagaman budaya dan suku bangsa yang kental melalui legenda atau cerita rakyat yang dimiliki Indonesia begitu kaya. Ini menjadi penting di mana teater keliling ingin terus melanjutkan upaya dalam melestarikan cerita-cerita rakyat Indonesia yang tentunya menjadi identitas terbaik yang dimiliki bangsa ini. Melalui kreativitas, cerita rakyat akan disajikan dalam konsep pertunjukan modern namun tidak kehilangan sisi tradisionalnya sebagai bentuk bangga terhadap apa yang budaya kita miliki," ujarnya.
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News