Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Sudah sebulan terakhir, Sriyanto, buruh tani sawah di Kelurahan Dusun Besar Kecamatan Singaran Pati Kota Bengkulu menjadi resah.

Petani berusia 42 tahun ini kebingungan karena lahan sawah milik  orang lain yang digarapnya mengalami kekeringan. Ayah dari dua anak ini semakin bingung karena sudah dua tahun ini, hasil panennya selalu mengalami penurunan karena pasokan air dari "Danau Dendam Tak Sudah" sering mengalami kekurangan.

"Bila hasil panen terus mengalami kekeringan dan hasil panen menurun, yang saya bingungkan adalah biaya untuk kedua anak saya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD)," kata Sriyanto kepada reporter antarabengkulu.com, Minggu.

Saat ini, Sriyanto harus bertanggung jawab membiayai pendidikan kedua anaknya yakni Widodo Apriyanto yang duduk di kelas 5 SD dan Afid Abdullah Widianto yang duduk di kelas 1 SD Negeri 67 Surabaya Kota Bengkulu.

"Saya bingung karena sudah sebulan terakhir tanaman padi yang digarap mengalami kekurangan air sehingga hasil panen menurun dan pendapatan pun menjadi berkurang sementara kebutuhan biaya pendidikan terus meningkat," katanya.

Ia mengatakan, sebenarnya berusaha untuk mencari pekerjaan lain yakni menjadi buruh bangunan, namun setelah dijalani akhirnya beralih kembali sebagai buruh tani yang bekerja menggarap sawah orang lain.

"Tetapi kalau sawah kekeringan dan hasil panen terus menurun maka saya berencana beralih menanam tanaman jagung atau kacang tanah pada musim tanam berikutnya," katanya.

Ia menjelaskan, kini menggarap lahan sawah lebih dari satu hektare, 70 persen areal persawahan memang masih bisa mendapatkan air irigasi tetapi 30 persen selalu mengalami kekeringan dalam dua tahun terakhir.

         Puluhan Hektare Kekeringan
Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu mencatat, puluhan hektare tanaman padi di areal persawahan di daerah itu mengalami kekeringan dan terancam gagal tumbuh.

"Sebanyak 75 hektare tanaman padi di daerah ini mengalami kekeringan dan terancam gagal tumbuh," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu, Arif Gunadi.

Areal persawahan yang mengalami kekeringan terdiri dari 15 hektare milik kelompok tani Jaya di Kelurahan Semarang Kecamatan Sungai Serut dan 15 hektare milik kelompok tani Merasi Jaya Kelurahan Semarang.

Kemudian 15 hektare sawah milik kelompok tani Lembak Mekar di Kelurahan Semarang, 20 hektare milik kelompok tani Dewi Sri di Kelurahan Tanjung Jaya Kecamatan Sungai Serut dan 10 hektare sawah milik kelompok tani Karya Jaya Dua Kelurahan Tanjung Jaya.

"Tanaman padi yang mengalami kekeringan berumur antara satu hingga dua bulan.Sawah mengalami kekeringan karena air irigasi yang bersumber dari Danau Dendam Tak Sudah tak bisa mengalir hingga ke areal persawahan bagian hilir," katanya.

Ia menjelaskan, pihaknya menyediakan pompa air yang bisa dipakai para petani untuk menyedot sumber air dan mengalirkannya ke areal persawahan mereka masing-masing.

Namun, Fasilitas pompa yang disediakan tidak bisa dipergunakan petani secara maksimal karena tidak adanya sumber air yang bisa disedot.   Ia mengatakan, memang ada yang mengusulkan agar menyedot sungai
air Bengkulu untuk mengatasi kekeringan puluhan hektar sawah. Namun usul tersebut sulit dilaksanakan.

"Rencana menyedot sungai Air Bengkulu terlalu tinggi biaya membeli bahan bakarnya dan belum tentu aman untuk tanaman sawah karena menjadi tempat pembuangan limbah tambang batu bara, pabrik karet dan pabrik kelapa sawit.

Untuk mengatasi masalah kekeringan sawah, pihaknya akan memprogramkan pengalihan lahan tanaman padi menjadi tanaman jagung atau kacang tanah sehingga diharapkan pendapatan petani meningkat.(mhe)

Pewarta: Oleh: Methatias AM

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012