Akademisi Sekolah Tinggi Pertahanan Nasional (STPN) Dwi Wulan Pujiriyani mengatakan kemudahan akses terhadap lahan dapat membangun motivasi generasi milenial untuk bertani.
"Orang muda kembali untuk bertani atau istilahnya tertarik untuk pertanian, salah satu syarat utama adalah lahan pertanian atau tanah," ujarnya dalam forum diskusi budaya yang dipantau di Jakarta, Senin.
Wulan menuturkan program petani milenial yang ditawarkan pemerintah berupa pelatihan, pendamping, dan sebagainya dari proses produksi sampai pasca produksi juga perlu ditambah dengan pemberian akses lahan kepada para generasi muda.
Menurutnya, pemerintah bisa memfasilitasi program petani milenial itu melalui dukungan penyewaan lahan untuk kelompok milenial.
"Saya kira ini menjadi satu hal yang penting dan bisa dilakukan karena syarat utama untuk menjadi petani harus punya tanah atau lahan," kata Wulan.
"Meskipun kita tidak kemudian mengarah kepada skala usaha tani minimum untuk pertanian padi misalnya harus 1-2 hektare, tidak seperti itu. Tetapi memastikan bahwa akses terhadap lahan ini menjadi hal yang utama," imbuhnya.
Lebih lanjut Wulan mencontoh proses reagrarianisasi yang terjadi di Jepang. Penduduk Jepang semula tidak bertani atau tidak berasal dari keluarga petani, namun mereka punya akses terhadap lahan entah dari membeli atau yang lain (penyewaan).
Oleh karena itu, pemerintah juga perlu memberikan dorongan dan motivasi kepada kelompok milenial dengan memastikan akses terhadap lahan pertanian.
Selain akses lahan, pemerintah juga perlu memberikan insentif kepada milenial dengan memastikan pengaplikasian model pertanian modern untuk mendorong proses-proses pertanian yang lebih modern dan bisa menghasilkan pangan secara maksimal.
Tokoh panutan atau role model dari generasi milenial yang sukses dalam aktivitas pertanian kita perlu diangkat untuk menumbuhkan motivasi kelompok milenial lain agar mau ikut mengelola lahan pertanian.