Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan bahwa batuk kronik berkepanjangan hingga beberapa bulan dapat mengindikasikan seorang penyintas mengalami Long COVID-19.

"Batuk kronik sampai beberapa bulan dapat saja terjadi pada sebagian pasien Long COVID-19 atau COVID-19 berkepanjangan," kata Tjandra Yoga Aditama yang dikonfirmasi di Jakarta, Senin.

Menurut Tjandra yang juga Guru Besar Paru Universitas Indonesia, batuk pada dasarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh yang menunjukkan ada gangguan di paru dan saluran napas.

"Adalah salah, kalau ada yang menyebut batuk biasa. Semua batuk itu luar biasa. Orang yang sepenuhnya sehat tidaklah batuk," katanya.

Menurut dia, keluhan batuk, apalagi kronik, menunjukkan ada masalah kesehatan di paru dan saluran pernapasan yang perlu segera diketahui penyebabnya dan ditangani dengan baik agar tidak jadi masalah berkepanjangan.

Tjandra menjelaskan, batuk kronik adalah batuk yang terjadi lebih dari delapan pekan, batuk akut kalau terjadi sampai tiga pekan, sementara batuk yang dialami antara tiga sampai delapan pekan disebut batuk sub-akut.

"Jadi, penyebutan batuk akut atau kronik adalah sesuai dengan lamanya keluhan atau gejala, bukan karena berat ringannya gejala," katanya.

Ia mengatakan, sebagian besar batuk kronik dapat ditangani dengan menghindari faktor risiko seperti berhenti merokok, menghindari polusi udara, dan menghindari alergi tertentu.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar: Batuk kronis berkepanjangan indikasi Long COVID-19

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022