Anggota Komnas Perempuan Dewi Kanti Setianingsih mengatakan konten lelucon tentang KDRT yang dibuat selebriti Baim Wong - Paula Verhoeven, sangat menyakiti perasaan korban KDRT.
"Itu tidak patut, karena itu sangat melukai perasaan korban yang betul-betul mengalami," kata Dewi Kanti saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Korban KDRT seharusnya mendapatkan empati dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya agar berani melapor dan mendapatkan perlindungan.
"Korban yang mengalami KDRT justru harus kita berikan empati, simpati, dukungan, terutama untuk mereka agar bisa bersuara dan mencari perlindungan," katanya.
Dewi Kanti mengatakan berat bagi korban KDRT untuk bersuara karena biasanya pelaku merupakan orang terdekat korban.
"Korban KDRT sulit mencari ruang aman. Berbeda jika pelakunya orang luar. Dia (korban) bisa mencari ruang aman di rumahnya sendiri," katanya.
Dewi mengatakan korban KDRT perlu diberikan alternatif rumah aman sehingga dapat menjaga jarak dari pelaku kekerasan.
Oleh karena itu, korban KDRT tidak layak dijadikan olok-olok atau bahan canda.
"Penting kita berempati, bukan untuk mengolok-olok, untuk bercanda karena situasi korban yang mengalami KDRT tidak mudah," kata Ketua Sub Komisi Pemantauan Komnas Perempuan ini.
Sebelumnya, selebriti Baim Wong dan dan Paula Verhoeven membuat konten lelucon KDRT.
Paula berpura-pura melaporkan kasus KDRT yang dialaminya pada Polsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Baim dan Paula kemudian meminta maaf atas perbuatannya kepada para korban KDRT dan polisi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Komnas Perempuan: Konten prank KDRT sakiti korban
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022
"Itu tidak patut, karena itu sangat melukai perasaan korban yang betul-betul mengalami," kata Dewi Kanti saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Korban KDRT seharusnya mendapatkan empati dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya agar berani melapor dan mendapatkan perlindungan.
"Korban yang mengalami KDRT justru harus kita berikan empati, simpati, dukungan, terutama untuk mereka agar bisa bersuara dan mencari perlindungan," katanya.
Dewi Kanti mengatakan berat bagi korban KDRT untuk bersuara karena biasanya pelaku merupakan orang terdekat korban.
"Korban KDRT sulit mencari ruang aman. Berbeda jika pelakunya orang luar. Dia (korban) bisa mencari ruang aman di rumahnya sendiri," katanya.
Dewi mengatakan korban KDRT perlu diberikan alternatif rumah aman sehingga dapat menjaga jarak dari pelaku kekerasan.
Oleh karena itu, korban KDRT tidak layak dijadikan olok-olok atau bahan canda.
"Penting kita berempati, bukan untuk mengolok-olok, untuk bercanda karena situasi korban yang mengalami KDRT tidak mudah," kata Ketua Sub Komisi Pemantauan Komnas Perempuan ini.
Sebelumnya, selebriti Baim Wong dan dan Paula Verhoeven membuat konten lelucon KDRT.
Paula berpura-pura melaporkan kasus KDRT yang dialaminya pada Polsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Baim dan Paula kemudian meminta maaf atas perbuatannya kepada para korban KDRT dan polisi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Komnas Perempuan: Konten prank KDRT sakiti korban
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022