Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan dalam film dokumenter berjudul "Soera Ing Baja" yang dirinya berperan sebagai sosok Presiden RI Soekarno, menceritakan tentang perjuangan melawan sekutu pada 10 November 1945.
"Rencananya film yang diproduksi TVRI Jatim ini akan ditayangkan juga pada 10 November. Jadi film ini terkait dengan perjuangan 10 November 1945," kata Cak Eri panggilan akrab Eri Cahyadi di Surabaya, Senin.
Pada film tersebut, Cak Eri memerankan adegan di saat Presiden Soekarno datang ke Kota Surabaya, Jawa Timur. Kala itu, kedatangan sang proklamator ini untuk mendinginkan arek-arek Suroboyo.
Cak Eri pun memaparkan film yang diperankannya tersebut. Dimana kala itu tentara sekutu Inggris datang ke Kota Pahlawan untuk mengambil senjata arek-arek Surabaya yang direbut dari tentara Jepang. Namun demikian, arek-arek Suroboyo ternyata enggan menyerahkan dan justru melawan tentara sekutu.
"Karena itu tentara sekutu meminta Presiden Soekarno untuk datang ke Surabaya dan menyampaikan kepada arek-arek Suroboyo agar menyerahkan senjata kepada sekutu yang direbut dari Jepang," kata dia.
Cak Eri menceritakan, bahwa saat itu tidak ada sosok pemimpin yang mau didengarkan arek-arek Suroboyo, baik itu pemimpin di Kota Surabaya maupun Jawa Timur. Hingga akhirnya sekutu meminta bantuan Presiden Soekarno agar menenangkan arek-arek Suroboyo.
"Sekutu meminta kepada memimpin Surabaya dan Provinsi Jawa Timur saat itu tidak mempan, dan rakyat Surabaya terus bertempur. Sehingga kemudian sekutu meminta bantuan kepada Soekarno," ujar dia.
Alhasil, kedatangan Presiden Soekarno ke Kota Pahlawan pun akhirnya berhasil meredam gencatan senjata. Arek-arek Suroboyo mau mendengarkan Putra Sang Fajar untuk menghentikan perlawanan terhadap tentara sekutu.
"Setelah diadakan rembug di Gedung Negara Grahadi, Presiden Soekarno kembali ke Jakarta. Tapi arek-arek Suroboyo saat itu tetap tidak ingin menyerahkan senjatanya dan malam harinya terjadilah pertempuran lagi yang menewaskan Jenderal Mallaby di Surabaya," kata dia.
Cak Eri berpendapat, kedatangan Presiden Soekarno ke Kota Surabaya ini sebagai bentuk pengakuan politik. Dengan hadirnya Sang Proklamator di Kota Pahlawan, maka tentara sekutu mengakui bahwa Soekarno adalah Presiden Indonesia yang diturut oleh rakyat Surabaya.
"Di situlah Pak Soekarno datang memberikan ketenangan kepada arek-arek Suroboyo, dengan dilihat secara dunia bahwa sekutu meminta bantuan kepada Soekarno sebagai Presiden RI. Itulah bentuk political will atau pengakuan politiknya di sana," ujar dia.
Mantan Kepala Badan Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini juga mengaku sempat grogi saat memerankan sosok Presiden Soekarno dalam Film berjudul Soera Ing Baja tersebut.
"Agak grogi sedikit, soalnya yang diperankan Pak Soekarno (Presiden Pertama RI). Tapi saya sebelumnya sudah pernah memerankan film tentang Soekarno berjudul Koesno, jadi agak tenang sedikit," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Wali kota: Film "Soera Ing Baja" tentang perjuangan 10 November 1945
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022
"Rencananya film yang diproduksi TVRI Jatim ini akan ditayangkan juga pada 10 November. Jadi film ini terkait dengan perjuangan 10 November 1945," kata Cak Eri panggilan akrab Eri Cahyadi di Surabaya, Senin.
Pada film tersebut, Cak Eri memerankan adegan di saat Presiden Soekarno datang ke Kota Surabaya, Jawa Timur. Kala itu, kedatangan sang proklamator ini untuk mendinginkan arek-arek Suroboyo.
Cak Eri pun memaparkan film yang diperankannya tersebut. Dimana kala itu tentara sekutu Inggris datang ke Kota Pahlawan untuk mengambil senjata arek-arek Surabaya yang direbut dari tentara Jepang. Namun demikian, arek-arek Suroboyo ternyata enggan menyerahkan dan justru melawan tentara sekutu.
"Karena itu tentara sekutu meminta Presiden Soekarno untuk datang ke Surabaya dan menyampaikan kepada arek-arek Suroboyo agar menyerahkan senjata kepada sekutu yang direbut dari Jepang," kata dia.
Cak Eri menceritakan, bahwa saat itu tidak ada sosok pemimpin yang mau didengarkan arek-arek Suroboyo, baik itu pemimpin di Kota Surabaya maupun Jawa Timur. Hingga akhirnya sekutu meminta bantuan Presiden Soekarno agar menenangkan arek-arek Suroboyo.
"Sekutu meminta kepada memimpin Surabaya dan Provinsi Jawa Timur saat itu tidak mempan, dan rakyat Surabaya terus bertempur. Sehingga kemudian sekutu meminta bantuan kepada Soekarno," ujar dia.
Alhasil, kedatangan Presiden Soekarno ke Kota Pahlawan pun akhirnya berhasil meredam gencatan senjata. Arek-arek Suroboyo mau mendengarkan Putra Sang Fajar untuk menghentikan perlawanan terhadap tentara sekutu.
"Setelah diadakan rembug di Gedung Negara Grahadi, Presiden Soekarno kembali ke Jakarta. Tapi arek-arek Suroboyo saat itu tetap tidak ingin menyerahkan senjatanya dan malam harinya terjadilah pertempuran lagi yang menewaskan Jenderal Mallaby di Surabaya," kata dia.
Cak Eri berpendapat, kedatangan Presiden Soekarno ke Kota Surabaya ini sebagai bentuk pengakuan politik. Dengan hadirnya Sang Proklamator di Kota Pahlawan, maka tentara sekutu mengakui bahwa Soekarno adalah Presiden Indonesia yang diturut oleh rakyat Surabaya.
"Di situlah Pak Soekarno datang memberikan ketenangan kepada arek-arek Suroboyo, dengan dilihat secara dunia bahwa sekutu meminta bantuan kepada Soekarno sebagai Presiden RI. Itulah bentuk political will atau pengakuan politiknya di sana," ujar dia.
Mantan Kepala Badan Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini juga mengaku sempat grogi saat memerankan sosok Presiden Soekarno dalam Film berjudul Soera Ing Baja tersebut.
"Agak grogi sedikit, soalnya yang diperankan Pak Soekarno (Presiden Pertama RI). Tapi saya sebelumnya sudah pernah memerankan film tentang Soekarno berjudul Koesno, jadi agak tenang sedikit," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Wali kota: Film "Soera Ing Baja" tentang perjuangan 10 November 1945
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022