Rejanglebong (Antara) - Pemerintah Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu, menyayangkan hilangnya peralatan pabrik pengolahan minyak nilam milik badan usaha milik daerah (BUMD) daerah itu.

"Hal ini sangat disayangkan," kata Asisten bidang Perekonomian Pemkab Rejanglebong, Santoso di Rejanglebong, Jumat.

Pabrik pengolahan minyak nilam itu merupakan aset milik BUMD Rena Skalawi yang dibangun sebagai salah satu bidang usaha untuk menghidupi perusahaan tetapi kondisinya sekarang sudah memprihatinkan dan sebagian peralatannya sudah hilang.

Pabrik pengolahan minyak nilam di daerah tersebut kata dia, dibangun semasa bupati Rejanglebong dijabat Hizazi pada 2000 lalu yang menelan anggaran lebih dari Rp1 miliar. Kondisi bangunan saat ini mulai rusak dan sebagian peralatan pendukung operasional di dalam pabrik sudah hilang dan tidak diketahui diambil oleh siapa.

Pabrik pengolahan minyak nilam itu sendiri di bangun Pemkab setempat di atas tanah seluas 4.600 meter persegi dibangun di wilayah perbatasan tepatnya di RT 14 Desa Durian Depun, Kecamatan Merigi Kabupaten Kepahiang.

Pendirian bangunan itu, kata dia, dilaksanakan saat Kabupaten Kepahiang masih tergabung ke Rejanglebong sebelum dimekarkan.

Sementara itu, mengenai bantuan dana penyertaan modal ke BUMD Rena Skalawi pada 2012-2013 lalu senilai Rp950 juta yang saat ini menjadi temuan audit Inspektorat Rejanglebong tidak jelas peruntukannya.

Menurut dia, hal itu menjadi tanggung jawab direktur BUMD Rena Skalawi priode sebelumnya yang dijabat oleh Aidill Adha.

Temuan inspektorat itu saat ini masih diproses mengingat pejabat direktur BUMD yang lama sudah menyanggupi akan menindaklanjuti temuan tersebut dana akan mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang dikucurkan Pemkab Rejanglebong dua tahun lalu.

Sebelumnya, pabrik pengolahan minyak nilam atsiri milik (BUMD) Rena Skalawi Rejanglebong, Bengkulu, yang dibangun 2006 lalu sampai saat ini tidak berproduksi. Kondisi bangunan yang didirikan diatas tanah milik Pemkab Rejanglebong dengan luasan 4.600 meter persegi tersebut mulai retak-retak dan mesin pengolahan minyak nilam juga sudah hilang sedangkan tangki-tangki pengolahannya juga mulai berkarat.

Menurut keterangan Sarofi (35) warga sekitar pabrik, bangunan itu sudah lama tidak difungsikan. Sejak dibangun pabrik ini hanya satu kali beroperasi, itu pun tidak membuahkan hasil.

"Cuma satu kali beroperasi itu pun tidak berhasil, karena tanaman nilam yang dihasilkan petani di sekitar pabrik kualitasnya jelek dan minyaknya juga sedikit. Selain itu pasokan tanaman nilam dari Bengkulu Utara juga berkurang karena di sana juga ada pabrik yang sama sehingga pabrik nilam ini tidak lagi beroperasi," ujarnya. ***2***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014