Pemain sepak bola asal tim Barito Putera, Buyung Ismu Lessy menjadi salah satu peserta pada atraksi pukul manyapu di negeri (desa) Mamala, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
"Saya senang sekali bisa jaga tradisi, insha Allah tahun depan saya ikut lagi, memang sakit, tapi ada minyak Mamala, satu, dua hari lagi biasanya sembuh," ucapnya di Ambon, Sabtu.
Meski sudah menjadi pesepakbola terkenal, Buyung yang merupakan putra kelahiran Mamala, tak segan mengikuti setiap rangkaian atraksi yang dilakoni.
Berbeda dengan sepak bola, kali ini Buyung harus merelakan tubuhnya disabet batang lidi yang cukup tebal untuk melestarikan adat negerinya.
Pukul manyapu atau pukul sapu lidi sendiri biasa dipentaskan setiap tahunnya pada tujuh hari setelah Idul Fitri.
Dalam pementasannya puluhan pemuda bertelanjang dada dan mengenakan pengikat kepala serta membawa segenggam penuh lidi tebal.
Mereka saling berhadapan kemudian saling menyabetkan lidi tersebut ke badan hingga waktu yang ditentukan.
Setiap sabetan demi sabetan pun diterima tanpa ekspresi wajah kesakitan sama sekali.
Menurut sejarahnya, Pukul Manyapu dimulai sejak abad ke-16 dibawah pimpinan Upu Latu Liu atau raja negeri tersebut.
Usai disabet, Buyung Ismu pun melanjutkan prosesi pengolesan minyak Mamala untuk menyembuhkan luka bekas sabetan lidi di tubuhnya.
"Badan saya sampai gemetar menerima sebetan demi sabetan," katanya.
Tradisi Pukul Manyapu adalah salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas menangnya para umat muslim berpuasa selama bulan ramadan.
Tak hanya di Mamala, negeri tetangga yaitu Morela pun melakukan tradisi yang sama di hari yang sama pula.
Pukul manyapu pun tak hanya sekedar tradisi biasa bagi para warga. Kegiatan itu juga selalu dinantikan oleh seluruh masyarakat Pilau Ambon hingga turis lokal maupun mancanegara setiap tahunnya.
Otomatis tradisi tersebut juga menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi negeri Mamala dan Morela.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
"Saya senang sekali bisa jaga tradisi, insha Allah tahun depan saya ikut lagi, memang sakit, tapi ada minyak Mamala, satu, dua hari lagi biasanya sembuh," ucapnya di Ambon, Sabtu.
Meski sudah menjadi pesepakbola terkenal, Buyung yang merupakan putra kelahiran Mamala, tak segan mengikuti setiap rangkaian atraksi yang dilakoni.
Berbeda dengan sepak bola, kali ini Buyung harus merelakan tubuhnya disabet batang lidi yang cukup tebal untuk melestarikan adat negerinya.
Pukul manyapu atau pukul sapu lidi sendiri biasa dipentaskan setiap tahunnya pada tujuh hari setelah Idul Fitri.
Dalam pementasannya puluhan pemuda bertelanjang dada dan mengenakan pengikat kepala serta membawa segenggam penuh lidi tebal.
Mereka saling berhadapan kemudian saling menyabetkan lidi tersebut ke badan hingga waktu yang ditentukan.
Setiap sabetan demi sabetan pun diterima tanpa ekspresi wajah kesakitan sama sekali.
Menurut sejarahnya, Pukul Manyapu dimulai sejak abad ke-16 dibawah pimpinan Upu Latu Liu atau raja negeri tersebut.
Usai disabet, Buyung Ismu pun melanjutkan prosesi pengolesan minyak Mamala untuk menyembuhkan luka bekas sabetan lidi di tubuhnya.
"Badan saya sampai gemetar menerima sebetan demi sabetan," katanya.
Tradisi Pukul Manyapu adalah salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas menangnya para umat muslim berpuasa selama bulan ramadan.
Tak hanya di Mamala, negeri tetangga yaitu Morela pun melakukan tradisi yang sama di hari yang sama pula.
Pukul manyapu pun tak hanya sekedar tradisi biasa bagi para warga. Kegiatan itu juga selalu dinantikan oleh seluruh masyarakat Pilau Ambon hingga turis lokal maupun mancanegara setiap tahunnya.
Otomatis tradisi tersebut juga menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi negeri Mamala dan Morela.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023