Rejanglebong (Antara) - Badan Usaha Milik Daerah Rena Skalawi Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu, saat ini tengah mengembangkan usaha kopi bubuk kemasan lokal yang dibeli dari petani setempat.

"Pengembangan usaha kopi bubuk di Kabupaten Rejanglebong ini sangat menjanjikan selain didukung pasokan buah kopi dari petani lokal dalam jumlah banyak, maupun dukungan pemerintah dalam bentuk kemudahan pengurusan perizinan usaha. Tetapi sayang usaha ini tidak bisa berkembang, karena produk kopi bubuk lokal masih kalah dengan produk dari daerah lainnya sehingga hanya usaha kopi bubuk ini yang bangkrut," kata direktur BUMD Okta Firdawan di Rejanglebong, Senin.

Untuk itu pihaknya, kata dia, saat ini tengah menjalin kerja sama dengan pengusaha lokal guna mengembangkan usaha tersebut melalui pola kemitraan dan bagi hasil.

Kerja sama ini dilakukan guna memenuhi stok barang yang akan dipasarkan tentunya dengan pengolahan yang memadai, sedangkan pihaknya akan melakukan pengembangan pemasaran keluar daerah melalui jaringan antar BUMD yang ada di Provinsi Bengkulu maupun daerah terdekat seperti Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau di Provinsi Sumsel.

"Untuk memasarkan kopi olahan lokal ini kami membutuhkan biji kopi pilihan sehingga aroma maupun rasanya berbeda dengan bubuk kopi yang selama ini dijual pedagang atau pun usaha pengolahan kopi bubuk. Pemasaran kopi bubuk ini sangat bergantung dengan aroma serta cita rasanya, jika dirasakan para pengopi pas dilidah mereka mudah-mudahan kopi yang kita produksi akan mereka minati," ujarnya.

Sebagai langkah awal pihak BUMD Rena Skalawi saat ini tengah memasarkan kopi bubuk lokal kemasan 100, 250, 500 gram hingga 1 kg dengan jumlah mencapai 50 kg, usaha ini mereka sebagai pendukung usaha pokok BUMD lainnya berupa penjualan berasa lokal kemasan asal Kelurahan Talang Benih dan Rimbo Recap yang sudah lebih dulu dilaksanakan.

Sementara itu menurut M Arbi (39) pemilik usaha bubuk kopi di Kelurahan Air Bang Kecamatan Curup Tengah, salah satu pengusaha kopi bubuk yang tertarik melakukan kerja sama dengan BUMD Rena Skalawi selama ini mengaku kesulitan dalam memasarkan bubuk kopi yang diproduksi dalam setiap bulannya.

"Saya setiap bulannya mengolah kopi bijian sebanyak 150 kg hingga 200 kg yang dibeli dari petani seharga Rp21.000 sampai Rp22.000 per kg. Kopi bijian ini jika diolah akan menjadi 120 sampai 170 kg bubuk kopi. Kopi bubuk yang dihasilkan ini selanjutnya kami jual dipasar dan warung seharga Rp40.000 per kg," ujarnya.

Untuk menghasilkan bubuk kopi yang bagus, tambah Arbi, selain membutuhkan kopi bijian yang kualitas super juga menguasai teknis pengolahannya, karena kopi yang gosong atau pun campuran dalam pengolahannya tidak sesuai akan berpengaruh terhadap rasa. ***2***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014