Rejanglebong (Antara) - Badan Penyuluh Pertanian Perikanan Peternakan dan Kehutanan (BP4K) Rejanglebong, Bengkulu, menyosialisasikan penggunaan pupuk organik di kalangan petani di daerah itu.

"Kami sedang menggalakkan upaya kesadaran petani di Rejanglebong untuk menggunakan pupuk organik dan tidak lagi bergantung dengan penggunaan pupuk kimia. Selain ramah terhadap lingkungan pupuknya juga mudah didapatkan, serta produk sayuran yang dihasilkan banyak dicari orang karena bebas dari residu kimia," kata Kepala BP4K Rejanglebong, Zulkarnain, di Rejanglebong, Kamis.

Adanya kelangkaan pupuk bersubsidi di daerah tersebut belakangan ini, kata dia, seharusnya menjadi awal kebangkitan petani untuk beralih menggunakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan produknya mudah didapatkan di pasaran maupun dapat dibuat sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar mereka.

Untuk itu pihaknya, tambah dia, selain terus menyosialisasikan penggunaan pupuk organik kepada petani pada 15 kecamatan di daerah itu juga melakukan pelatihan-pelatihan pembuatan pupuk organik kepada kelompok tani yang menjadi binaan mereka sehingga nantinya bisa mengatasi kelangkaan pupuk dan untuk pemenuhan kebutuhan kelompok tani masing-masing.

Sementara itu menurut Hariyono (39) petani sayuran di Desa Air Merah Kecamatan Curup Tengah, mereka sedang kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi dan mengharapkan pemerintah daerah setempat dapat memberikan kemudahan dalam membeli pupuk bersubsidi.

Kesulitan petani di daerah itu mendapatkan pupuk bersubsidi, kata dia, sudah terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Akibatnya petani setempat terpaksa membeli pupuk nonsubsidi dengan harga yang lebih mahal.

Ia menyebutkan, harga pupuk urea nonsubsidi mencapai Rp225.000 per zak sebaliknya harga pupuk urea bersubsidi di toko pupuk berkisar Rp90.000-95.000 per zak (ukuran 50 kg).

Upaya pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia tambah dia, sudah menjadi ketergantungan petani sayuran selain penggunaan pupuk kompos pada dasar lahan yang mereka olah menjadi lahan pertanian sayuran.

Kendati pihak pemerintah sudah menganjurkan agar petani beralih menggunakan pupuk organik dari pupuk un-organik yang selama ini mereka gunakan, namun hal itu kata dia, belum bisa mereka terapkan karena petani sayuran di wilayah itu masih menyewa lahan dari orang lainnya sehingga setiap kali musim tanam mereka selalu berupaya agar hasilnya optimal.

"Kalau memakai pupuk organik hasilnya belum tentu sebanyak dengan penggunaan pupuk kimia, apalagi kami tidak punya lahan sendiri dan masih mengontrak dari orang lain sehingga setiap tanaman yang kami tanam harus menghasilkan. Kalau pakai pupuk organik hasilnya masih meragukan," ujarnya.***2***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014