Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Pengamat Politik dari Universitas Bengkulu Drs Lamhir Syam Sinaga menilai, mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Laksamana TNI (Purn) Sudomo adalah buldozernya politik di Indoensia.
"Beliaulah yang mengawali kebijakan berpolitik bagi kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada era Orde Baru yang disalurkan pada partai politik Golkar, demi kemananan bangsa dan negara," kata Lamhir di Bengkulu, Rabu.
Dengan berpulangnya Sudomo menghadap Illahi, bangsa Indonesia kembali kehilangan lagi buldozer tangguh setelah rivalnya Amir Mahmud lebih dulu meninggal dunia.
Ia mengatakan, bangsa Indonesia saat ini sudah kekurangan kader tangguh dalam mendukung segala kebijakan pemerintah, sehingga banyak muncul tantangan berat menghadapi era globalisasi.
Pada saat era Orde Baru banyak sekali kader tangguh mendukung kebijakan pemerintah dipimpin Soeharto termasuk cakra kembar Sudomo dan Amir Mahmud, termasuk dalam menumpas pereman di berbagai daerah di Tanah Air.
"Kita masih ingat tatkala mesin mistrius bereaksi hampir di seluruh daerah bergelimpangan mayat bertato tak dikenal termasuk di kawasan Pasar Minggu, Kota Bengkulu," ujarnya.
Setelah itu, masyarakat Indonesia betul-betul aman dari ancaman pereman, meskipun ada sisa pereman lari ke daerah perbukitan untuk membuka kebun dan ada juga lari ke pesantren mengankan diri dan belajar bertobat.
"Kita betul-betul kehilangan buldozer tangguh dalam mengamankan berbagai hal di negri ini," ujarnya.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Laksamana TNI (Purn) Sudomo meninggal dunia pada Rabu sekitar pukul 10.15 WIB setelah beberapa hari dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta karena diduga mengalami perdarahan otak.
"Pak Sudomo meninggal dunia pagi tadi setelah beberapa hari dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto.(Z005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Beliaulah yang mengawali kebijakan berpolitik bagi kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada era Orde Baru yang disalurkan pada partai politik Golkar, demi kemananan bangsa dan negara," kata Lamhir di Bengkulu, Rabu.
Dengan berpulangnya Sudomo menghadap Illahi, bangsa Indonesia kembali kehilangan lagi buldozer tangguh setelah rivalnya Amir Mahmud lebih dulu meninggal dunia.
Ia mengatakan, bangsa Indonesia saat ini sudah kekurangan kader tangguh dalam mendukung segala kebijakan pemerintah, sehingga banyak muncul tantangan berat menghadapi era globalisasi.
Pada saat era Orde Baru banyak sekali kader tangguh mendukung kebijakan pemerintah dipimpin Soeharto termasuk cakra kembar Sudomo dan Amir Mahmud, termasuk dalam menumpas pereman di berbagai daerah di Tanah Air.
"Kita masih ingat tatkala mesin mistrius bereaksi hampir di seluruh daerah bergelimpangan mayat bertato tak dikenal termasuk di kawasan Pasar Minggu, Kota Bengkulu," ujarnya.
Setelah itu, masyarakat Indonesia betul-betul aman dari ancaman pereman, meskipun ada sisa pereman lari ke daerah perbukitan untuk membuka kebun dan ada juga lari ke pesantren mengankan diri dan belajar bertobat.
"Kita betul-betul kehilangan buldozer tangguh dalam mengamankan berbagai hal di negri ini," ujarnya.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Laksamana TNI (Purn) Sudomo meninggal dunia pada Rabu sekitar pukul 10.15 WIB setelah beberapa hari dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta karena diduga mengalami perdarahan otak.
"Pak Sudomo meninggal dunia pagi tadi setelah beberapa hari dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto.(Z005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012