Psikolog Klinis dari Universitas Indonesia, Ratih Yuniarti Pratiwi., S.Psi., M.Psi., mengatakan orang tua pecandu narkotika dan obat/bahan berbahaya (narkoba) dapat memengaruhi psikologis anak, mulai dari ikut terjerumus hingga timbul perasaan dendam.

“Anaknya ini jadi seperti membangun dendam kepada orang tuanya, karena si orang tua melakukan agresi baik secara verbal maupun non fisik, di bawah pengaruh obat-obatan itu,” kata dia saat dihubungi ANTARA, Senin.

Agresi merupakan perasaan marah atau tindakan kasar akibat sesuatu yang tidak mencapai kepuasan atau tujuan yang diarahkan kepada orang lain.

Terlebih, tindakan tersebut berjalan secara tidak stabil, juga datang dan pergi. Sehingga, jelas Ratih, anak akan mempertanyakan sikap orang tuanya tersebut, utamanya anak usia dini.

“Kadang kalau sedang ‘sadar’ bersikap baik sekali dan menunjukkan rasa sayang kepada anak, tetapi bila sedang kumat bertindak kasar dan sebagainya, ini akan membuat anak bingung, hingga dendam,” ujar Ratih.

Lebih lanjut, meski tidak dapat dipukul rata, Ratih mengatakan anak dengan orang tua pecandu narkoba sangat mungkin turut terjerumus pada hal yang serupa. Ini merupakan kesimpulan yang di ambil anak sebagai cara memecahkan masalah.

“Saya tidak bisa bilang kemungkinannya nol atau berapa persen, tapi 50:50 pasti ada kemungkinan anak untuk meniru, pasti akan ada anak yang memilih cara pemecahan masalah yang mirip dengan orang tuanya, misal dengan narkoba,” kata Ratih.

“Namun banyak juga kok anak yang justru sama sekali tidak mau,” tambahnya.

Cukup berat bagi anggota keluarga lain menjalani hidup dengan orang tercinta yang terjerat narkoba, apa lagi bagi anak yang belum dewasa.

Ratih menyebut emosi dan kesehatan mental anak dipertaruhkan, mulai dari rasa ketakutan luar biasa, hingga gangguan kecemasan yang meningkat.

“Yang pasti secara emosi itu terganggu dan terkuras karena menghadapi perubahan perilaku pengguna, ketakutan luar biasa, kecemasan yang selalu terpicu, menghadapi masalah yang tidak kunjung selesai,“ imbuhnya.

Untuk itu, lanjut Ratih, perlu pendampingan emosional secara konsisten dari anggota keluarga lain untuk memberi pengertian dan dukungan bagi anak.

Melakukan terapi keluarga dengan tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater juga akan sangat membantu.

“Saya akan selalu menyarankan adanya terapi keluarga, karena anak itu berhak mendapat hak-hak mereka, dan mengembalikan keluarga itu ke fungsinya. Pendampingan psikologis juga suatu upaya untuk mengembalikan fungsi,” ujar Ratih.

Pewarta: Pamela Sakina

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023