Salah satu klub yang sukses di La Liga era 2010-an, Real Malaga, mengalami nasib yang pahit. Sempat menjadi salah satu klub sultan yang kaya raya dan mentas di kompetisi tertinggi, klub Negeri Matador tersebut kini bermain di divisi ketiga Spanyol atau Primera Federacion.

Kabar terbaru menyebut, klub yang berkandang di  La Rosaleda Stadium ini tak bisa membeli pemain baru. Merespon hal tersebut, fans Malaga Club de Futbol gerah dan membuat protes yang unik.

Sebuah unggahan dari akun X, @harfahd, menunjukkan sejumlah pendukung Malaga dengan kostum garis biru-putih, mendatangi bandara. Mereka tampak mencari penumpang yang baru tiba.
 
Fans mengolok-olok klub Real Malaga. (Twitter)


Baca juga: Kalah 1-3 atas Malaga, Levante terdegradasi dari Liga Spanyol

“Pendukung FC Malaga melakukan protes setelah klub tidak mendatangkan satu pemain selama musim transfer,” tulis akun tersebut, diakses ANTARA News Bengkulu, Rabu (23/8).

Para pendukung Malaga mencari penumpang yang baru tiba seolah-olah dia merupakan pemain baru klub tersebut. Aksi unik ini juga memperlihatkan seorang penumpang pesawat yang baru tiba dicegat dan dimintai tanda tangan pada kaos berwarna putih dengan nomor punggung 69.
 

Setelah memegang kaos tersebut, penumpang tersebut diajak menyanyikan yel-yel Malaga.

Malaga pernah menjalani masa-masa indah ketika ditukangi Manuel Pellegrini pada tahun 2010. Pada masa itu dengan dana transfer sebesar 55 juta poundsterling, Malaga mendapatkan pemain bintang di antaranya, Martin Demichelis, Ruud van Nistelrooy, Jeremy Toulalan, Isco, dan Santi Cazorla.

Hasilnya dari investasi ini membuat Malaga sempat parkir di peringkat ke-4 La Liga pada musim 2011/2012. Dongeng Cinderela pun berlanjut kala perjalanan Malaga menembus delapan besar Liga Champion. Sayangnya, langkah Malaga terhenti di delapan besar setelah kalah dari Borussia Dortmund.

Kejatuhan Malaga mulai terlihat ketika utang melilit klub tersebut. Malaga melanggar aturan keuangan FFP dan menjadi klub pertama di Eropa yang dilarang berlaga di kompetisi UEFA selama semusim. Malaga juga mendapat denda sebesar 300 ribu euro.
 
Bek Liverpool Alan Kennedy berselebrasi dengan trofi Piala Champions seusai mengalahkan Real Madrid 1-0 dalam partai final musim 1980-81 di Stadion Parc des Princes, Paris, Prancis, pada 27 Mei 1981. Selotip putih melekat di dada kanan jersey Liverpool yang dikenakan Kennedy dkk karena aturan aneh UEFA melarang penempatan logo sponsor apparel di final Piala Champions 1980-81. (ANTARA/AFP/Dominique Faget)


Baca juga: Rodri: Manchester City membuat sejarah

Kondisi ini berbarengan dengan bisnis pemilik Malaga dari Qatar, Seikh Abdullah Al-Thani. Proyek bisnis Al-Thani yang gagal membuat keuangan klub terseok-seok.

Eksodus pemain pun bermunculan. Puncak dari masalah ini yaitu terus menurunnya prestasi tim. Pada musim 2017/2018, Malaga terhempas dari La Liga setelah menjadi juru kunci.

Pada 2020 pengadilan memerintahkan pemecatan Al-Thani sebagai presiden Malaga. Al-Thani dinyatakan bersalah karena menggelapkan dana klub dan dinyatakan berutang senilai 7 juta euro.

Setelah lengser ke divisi 2 atau Segunda Division, prestasi Malaga tak kunjung membaik. Pada musim 2022/2023, Malaga menempati posisi 19 dari 22 peserta. Malaga harus didegradsi ke Divisi 3 Liga Spanyol.

Pewarta: Maulana Kautsar

Editor : Anom Prihantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023