Program restorasi mangrove rambai terus dilakukan Amalia Rezeki, sang doktor konservasi bekantan bersama dengan tim Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) yang didirikannya.
Penanaman demi penanaman bibit pohon rambai menghiasi kegiatan tim SBI di kawasan Pulau Curiak yang kini jadi pusat riset dan konservasi bekantan di luar kawasan konservasi.
Pulau Curiak terletak di Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Pulau ini tak jauh letaknya dari Pulau Bakut yang berada di Sungai Barito, tepatnya di bawah Jembatan Barito menghubungkan Kalimantan Selatan dengan Kalimantan Tengah.
Pulau Bakut diketahui menjadi Taman Wisata Alam (TWA) yang dikelola Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan, sebagai kawasan konservasi yang merupakan habitat bekantan dengan tipe ekosistem hutan mangrove.
Bekantan (Nasalis larvatus), satwa endemik Kalimantan yang merupakan maskot Provinsi Kalimantan Selatan, telah ditetapkan sebagai site monitoring spesies prioritas terancam punah sejak tahun 2012, yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala BKSDA Kalsel Nomor : SK. 1653/IV-K.23/KKH/2012 tanggal 31 Juli 2012.
Baca juga: Mengenal lebih dekat robot tematik REIVER juara 2 KRI 2023
Bekantan juga menjadi satwa dilindungi dan termasuk salah satu dari 14 spesies prioritas yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.57 Tahun 2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018.
Tim SBI tidak sendiri, masyarakat setempat yang mayoritas nelayan pencari ikan di perairan Barito serta anak sungainya turut diberdayakan untuk sama-sama peduli mangrove rambai.
Keberhasilan Amalia Rezeki atàu akrab disapa Amel, dalam mengedukasi masyarakat nelayan untuk peduli lingkungan ditunjukkan dengan terbentuknya kelompok nelayan peduli lingkungan yang berdiri sejak 2018.
SBI membangun kemitraan dengan masyarakat untuk turut aktif menjaga dan memelihara lingkungan, terutama kawasan hutan mangrove rambai di sekitar Stasiun Riset Bekantan.
Seusai mencari ikan sebagai nelayan sungai, kelompok masyarakat ini terkadang mencari buah rambai matang untuk diambil bijinya, kemudian disemai.
Setelah berumur satu tahun, bibit rambai yang berukuran 50 sampai 70 centimeter disetorkan ke SBI untuk ditanam bersama dalam program restorasi mangrove rambai di Pulau Curiak.
Nelayan selamatkan bekantan
Sekumpulan nelayan sungai terlihat berkumpul di ujung barat Pulau Curiak pada Rabu (23/8) pagi.
Mereka sedang menanti pengepul untuk menjual hasil tangkapan ikan yang kemudian dipasarkan pedagang ke daratan.
Salah satu dari nelayan itu bernama Sanny, pencari ikan di kawasan Stasiun Riset Bekantan asal Desa Marabahan Baru.
Pada tahun 2017, Sanny pernah berjibaku menyelamatkan seekor bekantan jantan yang hampir lemas berenang di tengah sungai Barito, setelah hampir tertabrak tongkang batu bara yang hilir mudik di sungai terbesar di Kalimantan itu.
Sanny mengenang aksinya menyelamatkan bekantan sebuah gerakan spontan melihat bekantan yang hampir lemas di tengah sungai.
Kala itu, perahu yang dia tumpangi oleng dan hampir tenggelam oleh beratnya tubuh bekantan jantan dewasa yang dia selamatkan.
Kepedulian Sanny terhadap bekantan ternyata berlanjut dengan upaya menjaga dan menyelamatkan habitatnya, yaitu hutan mangrove rambai (Sonneratia caseolaris) yang tersisa di sekitar kampungnya Desa Marabahan Baru.
Dia membentuk Kelompok Nelayan Peduli Lingkungan (KNPL) Mangrove Rambai Lestari.
Baca juga: Membentuk karakter manusia sadar sampah
Di bawah binaan, KNPL Mangrove Rambai Lestari berkolaborasi menjalankan program restorasi mangrove rambai di kawasan Stasiun Riset Bekantan.
Komunitas nelayan ini diberikan pelatihan tentang persemaian dan pembibitan pohon rambai, kemudian juga dilatih cara menanam pohon rambai yang benar.
Sejak tahun 2018 hingga sekarang sudah lebih kurang 10.000 bibit pohon rambai yang disetorkan ke SBI dan untuk ditanam kembali di kawasan lahan milik SBI yang dijadikan Stasiun Riset Bekantan di seputaran Pulau Curiak.
Sanny merasa bersyukur diajak untuk ikut berkontribusi nyata dalam menyelamatkan lingkungan di sekitar kampungnya.
Apalagi semenjak dihutankannya kembali kawasan Anjir Muara, masyarakat makin mudah mendapatkan ikan tangkapan.
Bahkan nelayan dari desa tetangga juga banyak mencari penghidupan di kawasan mangrove rambai tersebut.
Kini Sanny dengan kelompoknya telah memiliki green house untuk tempat persemaian bibit mangrove rambai, bekerja sama dengan SBI dan didukung oleh PT. PAMAPersada Nusantara dalam pembangunan fasilitasnya.
Pelopor restorasi
Restorasi mangrove rambai merupakan program yang pertama kalinya dicanangkan oleh Amalia Rezeki bersama tim.
Baginya, untuk menyelamatkan bekantan mesti menyediakan habitat berupa hutan mangrove atau bakau tanaman rambai yang tumbuh di lahan basah pesisir sungai.
Memulihkan ekosistem lahan basah berupa hutan mangrove rambai juga menjadi upaya mitigasi bencana iklim akibat pemanasan global.
Menurut dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini, peningkatan populasi bekantan karena seiring dengan peningkatan restorasi mangrove rambai yang menjadi tempat hidup sosok primata endemik Pulau Kalimantan.
Sejak 2017, timnya telah melakukan penanaman lebih dari 15 ribu bibit pohon rambai, dan pada tahun ini rencananya ditambah 10 ribu batang yang tersebar di kawasan Stasiun Riset Bekantan dan Mangrove Rambai Center di Pulau Curiak dan sekitarnya.
Populasi bekantan di Pulau Curiak terus mengalami peningkatan jumlah dari 14 individu di tahun 2016 menjadi 38 ekor di tahun 2023.
Baca juga: Kuliner khas Solo menuju gastronomi bintang lima
Begitu juga yang dilaporkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam jika populasi bekantan di Kalimantan Selatan meningkat 10 persen dari tahun 2019 sekitar 3.000 ekor menjadi sekitar 4.000 ekor pada tahun 2022.
BKSDA Kalsel mencatat, salah satu fokus BKSDA memastikan habitat dan pakannya tetap tersedia agar bekantan bisa selalu hidup di tempat yang memang seharusnya berada.
Selain memperbanyak pakannya, yaitu buah rambai, BKSDA juga berupaya memperluas lokasi koridor perjalanannya, yaitu tersebar di hutan bakau, rawa dan hutan pantai.
Bekantan merupakan jenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan.
Langkah konservasi sudah menjadi keharusan demi menyelamatkan keberadaannya yang terancam punah.
Saatnya membangun kepedulian agar generasi mendatang tetap bisa melihat tingkah lucu bekantan di alam bebas, tanpa harus menyingkirkan karena bekantan bukanlah musuh manusia, namun justru turut melestarikan peradaban.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
Penanaman demi penanaman bibit pohon rambai menghiasi kegiatan tim SBI di kawasan Pulau Curiak yang kini jadi pusat riset dan konservasi bekantan di luar kawasan konservasi.
Pulau Curiak terletak di Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Pulau ini tak jauh letaknya dari Pulau Bakut yang berada di Sungai Barito, tepatnya di bawah Jembatan Barito menghubungkan Kalimantan Selatan dengan Kalimantan Tengah.
Pulau Bakut diketahui menjadi Taman Wisata Alam (TWA) yang dikelola Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan, sebagai kawasan konservasi yang merupakan habitat bekantan dengan tipe ekosistem hutan mangrove.
Bekantan (Nasalis larvatus), satwa endemik Kalimantan yang merupakan maskot Provinsi Kalimantan Selatan, telah ditetapkan sebagai site monitoring spesies prioritas terancam punah sejak tahun 2012, yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala BKSDA Kalsel Nomor : SK. 1653/IV-K.23/KKH/2012 tanggal 31 Juli 2012.
Baca juga: Mengenal lebih dekat robot tematik REIVER juara 2 KRI 2023
Bekantan juga menjadi satwa dilindungi dan termasuk salah satu dari 14 spesies prioritas yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.57 Tahun 2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018.
Tim SBI tidak sendiri, masyarakat setempat yang mayoritas nelayan pencari ikan di perairan Barito serta anak sungainya turut diberdayakan untuk sama-sama peduli mangrove rambai.
Keberhasilan Amalia Rezeki atàu akrab disapa Amel, dalam mengedukasi masyarakat nelayan untuk peduli lingkungan ditunjukkan dengan terbentuknya kelompok nelayan peduli lingkungan yang berdiri sejak 2018.
SBI membangun kemitraan dengan masyarakat untuk turut aktif menjaga dan memelihara lingkungan, terutama kawasan hutan mangrove rambai di sekitar Stasiun Riset Bekantan.
Seusai mencari ikan sebagai nelayan sungai, kelompok masyarakat ini terkadang mencari buah rambai matang untuk diambil bijinya, kemudian disemai.
Setelah berumur satu tahun, bibit rambai yang berukuran 50 sampai 70 centimeter disetorkan ke SBI untuk ditanam bersama dalam program restorasi mangrove rambai di Pulau Curiak.
Nelayan selamatkan bekantan
Sekumpulan nelayan sungai terlihat berkumpul di ujung barat Pulau Curiak pada Rabu (23/8) pagi.
Mereka sedang menanti pengepul untuk menjual hasil tangkapan ikan yang kemudian dipasarkan pedagang ke daratan.
Salah satu dari nelayan itu bernama Sanny, pencari ikan di kawasan Stasiun Riset Bekantan asal Desa Marabahan Baru.
Pada tahun 2017, Sanny pernah berjibaku menyelamatkan seekor bekantan jantan yang hampir lemas berenang di tengah sungai Barito, setelah hampir tertabrak tongkang batu bara yang hilir mudik di sungai terbesar di Kalimantan itu.
Sanny mengenang aksinya menyelamatkan bekantan sebuah gerakan spontan melihat bekantan yang hampir lemas di tengah sungai.
Kala itu, perahu yang dia tumpangi oleng dan hampir tenggelam oleh beratnya tubuh bekantan jantan dewasa yang dia selamatkan.
Kepedulian Sanny terhadap bekantan ternyata berlanjut dengan upaya menjaga dan menyelamatkan habitatnya, yaitu hutan mangrove rambai (Sonneratia caseolaris) yang tersisa di sekitar kampungnya Desa Marabahan Baru.
Dia membentuk Kelompok Nelayan Peduli Lingkungan (KNPL) Mangrove Rambai Lestari.
Baca juga: Membentuk karakter manusia sadar sampah
Di bawah binaan, KNPL Mangrove Rambai Lestari berkolaborasi menjalankan program restorasi mangrove rambai di kawasan Stasiun Riset Bekantan.
Komunitas nelayan ini diberikan pelatihan tentang persemaian dan pembibitan pohon rambai, kemudian juga dilatih cara menanam pohon rambai yang benar.
Sejak tahun 2018 hingga sekarang sudah lebih kurang 10.000 bibit pohon rambai yang disetorkan ke SBI dan untuk ditanam kembali di kawasan lahan milik SBI yang dijadikan Stasiun Riset Bekantan di seputaran Pulau Curiak.
Sanny merasa bersyukur diajak untuk ikut berkontribusi nyata dalam menyelamatkan lingkungan di sekitar kampungnya.
Apalagi semenjak dihutankannya kembali kawasan Anjir Muara, masyarakat makin mudah mendapatkan ikan tangkapan.
Bahkan nelayan dari desa tetangga juga banyak mencari penghidupan di kawasan mangrove rambai tersebut.
Kini Sanny dengan kelompoknya telah memiliki green house untuk tempat persemaian bibit mangrove rambai, bekerja sama dengan SBI dan didukung oleh PT. PAMAPersada Nusantara dalam pembangunan fasilitasnya.
Pelopor restorasi
Restorasi mangrove rambai merupakan program yang pertama kalinya dicanangkan oleh Amalia Rezeki bersama tim.
Baginya, untuk menyelamatkan bekantan mesti menyediakan habitat berupa hutan mangrove atau bakau tanaman rambai yang tumbuh di lahan basah pesisir sungai.
Memulihkan ekosistem lahan basah berupa hutan mangrove rambai juga menjadi upaya mitigasi bencana iklim akibat pemanasan global.
Menurut dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini, peningkatan populasi bekantan karena seiring dengan peningkatan restorasi mangrove rambai yang menjadi tempat hidup sosok primata endemik Pulau Kalimantan.
Sejak 2017, timnya telah melakukan penanaman lebih dari 15 ribu bibit pohon rambai, dan pada tahun ini rencananya ditambah 10 ribu batang yang tersebar di kawasan Stasiun Riset Bekantan dan Mangrove Rambai Center di Pulau Curiak dan sekitarnya.
Populasi bekantan di Pulau Curiak terus mengalami peningkatan jumlah dari 14 individu di tahun 2016 menjadi 38 ekor di tahun 2023.
Baca juga: Kuliner khas Solo menuju gastronomi bintang lima
Begitu juga yang dilaporkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam jika populasi bekantan di Kalimantan Selatan meningkat 10 persen dari tahun 2019 sekitar 3.000 ekor menjadi sekitar 4.000 ekor pada tahun 2022.
BKSDA Kalsel mencatat, salah satu fokus BKSDA memastikan habitat dan pakannya tetap tersedia agar bekantan bisa selalu hidup di tempat yang memang seharusnya berada.
Selain memperbanyak pakannya, yaitu buah rambai, BKSDA juga berupaya memperluas lokasi koridor perjalanannya, yaitu tersebar di hutan bakau, rawa dan hutan pantai.
Bekantan merupakan jenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan.
Langkah konservasi sudah menjadi keharusan demi menyelamatkan keberadaannya yang terancam punah.
Saatnya membangun kepedulian agar generasi mendatang tetap bisa melihat tingkah lucu bekantan di alam bebas, tanpa harus menyingkirkan karena bekantan bukanlah musuh manusia, namun justru turut melestarikan peradaban.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023