China pada Senin (18/12) mendesak Jepang untuk menghormati upaya negara-negara Asia Tenggara dalam mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan.

“China percaya bahwa semua kerja sama harus kondusif untuk memperkuat rasa saling percaya antara negara-negara di kawasan dan tidak boleh menargetkan pihak ketiga mana pun,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin ketika ditanya tentang pembaruan kerja sama Tokyo dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN.

“Situasi di Laut China Timur dan Selatan secara umum saat ini stabil. Kami berharap negara-negara terkait akan sungguh-sungguh menghormati upaya negara-negara di kawasan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas,” kata Wang, menurut Kemlu China.

Pernyataan tersebut disampaikan Beijing mengomentari kesepakatan antara Jepang dan ASEAN akhir pekan lalu untuk memperdalam hubungan kedua pihak dalam isu-isu keamanan dan ekonomi.

Pada pertemuan puncak di Tokyo akhir pekan lalu, para pemimpin ASEAN dan Jepang berjanji meningkatkan kerja sama dalam bidang keamanan maritim, memperkuat rantai pasokan, mempromosikan praktik-praktik energi berkelanjutan, dan memperluas pertukaran masyarakat dalam berbagai sektor.

Terkait ketegangan dengan Filipina, Wang menyalahkan Manila.

“Apa pun tipu muslihat yang digunakan Filipina dan permainan saling menyalahkan yang mereka mainkan, tidak ada yang bisa mengubah fakta,” katanya.

“Dua puluh empat tahun yang lalu, Filipina berjanji akan menarik pergi kapal perang (BRP Sierra Madre) yang ditempatkan secara ilegal di Ren’ai Jiao. Namun, 24 tahun kemudian, kapal perang itu masih ada,” ujarnya.

Kedua negara tetangga maritim ini saling menuding telah meningkatkan ketegangan, di tengah klaim yang tumpang tindih di Laut China Selatan yang disengketakan.

Wang mengatakan bahwa Beijing dan Manila telah “sepakat untuk mengatasi masalah ini dan dengan demikian menjaga stabilitas di laut.”

“Namun, Filipina terus mengirimkan kapal-kapal perang dan kapal pemerintahnya ke Ren’ai Jiao untuk mengirimkan bahan-bahan konstruksi untuk memperbaiki bangkai kapal perang yang karam itu,” katanya.

Beijing dan Manila mempunyai klaim yang bertentangan atas Second Thomas Shoal, juga dikenal sebagai Ayungin Shoal, Bai Co May dan Ren'ai Jiao, yang merupakan terumbu karang tenggelam di Kepulauan Spratly di Laut China Selatan.

“Filipina, yang didukung oleh dukungan asing, mengesampingkan niat baik dan kesabaran China, serta menantang prinsip-prinsip dan garis merah China dengan melakukan provokasi yang berulang-ulang. Ini adalah risiko besar yang meningkatkan ketegangan di laut,” kata Wang.

Dia menambahkan bahwa China berkomitmen terhadap perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan melalui dialog dan konsultasi dengan Filipina dan negara-negara ASEAN lainnya.

“Meski demikian, kami tidak akan melemahkan tekad kami untuk mempertahankan kedaulatan teritorial serta hak-hak dan kepentingan-kepentingan maritim,” kata Wang.

Sumber: Anadolu

Pewarta: Shofi Ayudiana

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023