Walhi: Sampah di Pulau Tikus mengkhawatirkan

Bengkulu (Antara) - Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu menyoroti kondisi perairan dan daratan Pulau Tikus yang dipenuhi sampah plastik.

"Sampah berserakan di pulau itu dan menurut nelayan di sana karena aktivitas wisata," kata Kepala Departemen Organisasi dan Jaringan Walhi Bengkulu, Feri Vandalis di Bengkulu, Jumat.

Ia mengatakan dalam empat bulan terakhir, Walhi bersama Forum Pemuda Peduli Bengkulu (FPPB) menggelar aksi penyelamatan terumbu karang di perairan pulau itu.

Pada April 2015 saat peringatan Hari Bumi, Walhi yang bergabung dalam FPBB menggelar transplantasi terumbu karang.

"Selain aksi bawah laut kami juga membersihkan sampah dari daratan pulau," kata dia.

Kemudian pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2015 yang digelar FPPB di Pulau Tikus, mereka juga memungut sampah dari pulau berjarak 10 mil laut dari Kota Bengkulu itu.

Hanya dalam jarak empat bulan kata Feri, mereka telah mengumpulkan dan membawa 10 karung sampah plastik dari Pulau Tikus ke daratan Bengkulu.

"Artinya produksi sampah sangat tinggi. Kami belum tahu apakah sampah terbawa arus atau seperti kata nelayan di sana karena aktivitas wisata," katanya menerangkan.

Dalam lima tahun terakhir, Pulau Tikus memang menjadi salah satu alternatif tujuan wisata bahari di Kota Bengkulu.

Sejumlah biro perjalanan wisata menawarkan paket wisata ke pulau yang tidak berpenghuni seluas 0,65 hektare yang ditopang karang 200 hektare itu. Walhi mendesak pemerintah daerah membuat regulasi khusus untuk menanggulangi pencemaran sampah di pulau tersebut.

Menanggapi hal ini, Direktur PT Alesha Wisata Krishna Gamawan mengatakan paket wisata yang ditawarkan ke Pulau Tikus sudah termasuk pengelolaan sampah.

"Karena konsep yang kami tawarkan adalah ekowisata maka semua sampah yang diproduksi wajib kami tanggulangi," ucapnya.

Menurut Krishna, jumlah kunjungan wisata ke Pulau Tikus tergolong minim, sehingga sumber sampah plastik tersebut perlu dipertanyakan.***1***